Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia kini tengah mengadakan pengkajian terhadap rencana perpanjangan perjanjian kerja sama dengan laboratorium riset milik Angkatan Laut Amerika Serikat (NAMRU-2). "Saat ini sedang dilakukan pembicaraan-pembicaraan tingkat teknis bagaimana akan ditindaklanjuti, apakah diperpanjang atau tidak," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) Widodo AS dalam rapat kerja jajaran Kementerian Koordinator Bidang Polhukam dengan Komisi I DPR di Jakarta, Senin. Ia mengemukakan, menyikapi keberadaan NAMRU semua pihak dapat berpikir jernih dan obyektif karena bagaimana pun keberadaan NAMRU telah memberikan kontribusi positif bagi Departemen Kesehatan (Depkes) RI. Namun, tambah Widodo, perlu ada pertimbangan mendalam untuk memperpanjang kerja sama dengan NAMRU terkait kepentingan nasional Indonesia, seperti masalah keamanan dan sebagainya. Karena itu, tim teknis yang diketuai pihak Departemen Luar Negeri RI telah melakukan kajian untuk membicarakan hal-hal prinsip dalam perpanjangan kerjasama dengan NAMRU. Sementara itu, Ketua Komisi I DPR Theo L Sambuaga mengatakan, pihaknya meminta pemerintah untuk mengevaluasi kerja sama dengan NAMRU. "Jika keberadaan NAMRU, tidak memberikan manfaat berarti bagi Indonesia bahkan cenderung merugikan, maka lebih baik kerja sama itu dihentikan," katanya. Perjanjian RI dengan NAMRU terakhir kali diperpanjang Januari 2006 dengan masa satu tahun. Selama ini kehadiran NAMRU sangat membantu dalam pemantauan berkala dan penanggulangan penyakit menular hingga penelitian di tingkat biologi molekuler. Fokus penelitiannya mengenai penyakit tropis menular, antara lain mengenai demam berdarah dengue, malaria, HIV, kolera, demam tifoid, hepatitis, dan virus flu burung. Seiring merebaknya kasus flu burung di Tanah Air, pihak NAMRU juga terlibat dalam pemeriksaan spesimen pasien yang diduga terjangkit virus penyakit itu. NAMRU juga menjadi salah satu laboratorium rujukan Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Asia, selain laboratorium WHO di Hongkong dan Central Diseases Control (CDC) Atlanta.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007