Jakarta (ANTARA News) - Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMA-PBS) menilai keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) 1966 merupakan bukti kenegarawanan Presiden RI pertama Ir Soekarno dalam menyikapi perkembangan situasi keamanan yang memburuk.

"Supersemar diterbitkan Bung Karno dalam menyikapi perkembangan politik saat itu yang tidak menentu pascapengkhianatan PKI," kata Ir Agus Riyanto, salah seorang pengurus KMA-PBS kepada pers di Jakarta, Selasa,

Agus mengemukakan keterangan tersebut selaku Ketua Panitia Pengarah Peringatan 50 Tahun Supersemar. Peringatan setengah abad Supersemar itu sendiri didahului dengan rangkaian kegiatan, yakni "Focus Group Discussion" (FGD), "Talk Show", apel kebangsaan, seminar, dan ziarah kebangsaan.

Wakil Sekjen KMA-PBS itu juga menjelaskan, Supersemar memberi wewenang kepada Letnan Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu guna mengatasi situasi keamanan yang buruk ketika itu.

Letnan Jenderal Soeharto yang memegang teguh falsafah "mikul duwur mendem jero" (menjunjung tinggi kehormatan bangsa) kemudian mengambil langka-langkah tegas demi tetap tegaknya bangsa dan negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

"Maka pantaslah kiranya Bung Karno dan Pak Harto selaku dua putra terbaik Ibu Pertiwi itu menjadi Bapak Bangsa yang menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran," kata Agus.

Kini, menurut dia, menjadi kewajiban bagi seluruh elemen bangsa untuk mewarisi nilai-nilai sejarah Supersemar yang merupakan salah satu tonggak perjalanan bangsa, tonggak sejarah di mana eksistensi bangsa tetap tegak berdasar Pancasila dan UUD 1945.

Semangat dan nilai-nilai dalam perspektif berbangsa dan bernegara yang terkandung dalam Supersemar juga perlu dipahami sebagai warisan sejarah perjalanan bangsa menuju Indonesia Raya.

Ketua Panitia Pengarah Peringatan 50 Tahun Supersemar itu juga mengemukakan, "Focus Group Discussion" (FGD) pertama dalam rangkaian peringatan 50 tahun Supersemar telah dilaksanakan di Jakarta pada 13 Februari 2016.

FGD tersebut menghadirkan narasumber mantan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri serta sejarawan Peter Kasenda, Dr Anhar Gonggong, dan Prof Dr Taufik Abdullah.

"FGD selanjutnya akan dilaksanakan pada 27 Februari dan 5 Maret 2016," kata Agus sambil menambahkan bahwa kegiatan itu bertujuan mewariskan nilai-nilai luhur Supersemar dalam perspektif pembangunan politik kebangsaan, menjaga keutuhan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Pewarta: Aat Surya Safaat
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016