Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menghentikan permintaan kontrak ekspor gas bumi yang baru ke Singapura dan Malaysia sebagai upaya meningkatkan pemenuhan kebutuhan gas di dalam negeri. Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Kamis, mengatakan penghentian itu sesuai dengan Peraturan Presiden No 5 Tahun 2006 yang lebih mengutamakan kebutuhan domestik. "Kami sudah tidak lagi menerima permintaan ekspor baru ke Singapura dan Malaysia, semuanya dipakai untuk domestik," katanya. Namun, Purnomo mengatakan, pemerintah tetap akan memenuhi kontrak ekspor gas yang saat ini masih berjalan ke kedua negara tetangga tersebut. "Kalau kontrak yang sudah diteken lalu dihentikan, tidak mungkin. Pemerintah tetap hormati kontrak ekspor yang sudah ada," tambahnya. Mengenai perbedaan harga gas ekspor yang lebih tinggi dibandingkan domestik, menurut dia, pemerintah akan memberikan insentif kepada investor berupa penurunan porsi bagi hasil yang diperoleh negara. Kontrak ekspor gas ke Singapura dan Malaysia berasal dari lapangan gas di Sumsel dan Natuna yang disalurkan melalui pipa transmisi milik PT PGN Tbk. Purnomo menambahkan, pada awalnya, pemerintah memang memilih ekspor gas bagi lapangan yang memiliki cadangan besar. Hanya cadangan gas yang tergolong kecil dan menengah yang diperuntukkan bagi domestik. Namun, kini gas dari lapangan yang memiliki cadangan besar juga diperuntukkan bagi kebutuhan domestik mengingat kebutuhannya yang terus meningkat. Mengenai penyaluran gas melalui pipa dari Sumsel ke Banten dan Jabar, Purnomo mengatakan penyaluran gas tersebut akan di mulai akhir Maret 2007. "Volume yang dialirkan bertahap hingga mencapai 750 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) pada 2008," katanya. Dengan demikian, lanjutnya, gas buat kebutuhan domestik akan bertambah 750 MMSCFD atau setara dengan lima juta ton gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) per tahun. Selain itu, pemerintah juga telah menetapkan sisa cadangan gas Lapangan Tangguh di Papua, yang diperkirakan mencapai 3-4 juta ton LNG per tahun buat domestik. Sebanyak 7,5 juta ton LNG per tahun telah terikat kontrak ekspor ke China, Korea, dan AS mulai 2008. Purnomo juga mengatakan, pemerintah menargetkan pada 3-4 tahun mendatang, sudah terbangun terminal penerima LNG di Pulau Jawa. "Melalui LNG terminal itu maka gas dengan cadangan besar seperti yang ada di Tangguh bisa dimanfaatkan buat memenuhi kebutuhan gas di Pulau Jawa," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007