Jakarta (ANTARA News) - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Suva melaporkan bahwa tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam bencana badai tropis Winston yang terjadi di Fiji.

"KBRI Suva melaporkan tidak ada WNI di Fiji yang menjadi korban bencana tersebut," kata pernyataan dari Kementerian Luar Negeri RI yang diterima di Jakarta, Senin.

KBRI memperkirakan terdapat 379 WNI di ibukota Suva dan kota Nadi yang terletak sekitar 114 kilometer dari ibukota. Dari total WNI yang ada di Fiji, sekitar 239 orang berprofesi sebagai anak buah kapal (ABK) dan sisanya bekerja di sektor swasta.

KBRI Suva meminta WNI di Fiji untuk terus memperhatikan informasi terkait perkembangan bencana tersebut dan mengikuti aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat.

Selanjutnya, "hotline" KBRI Suva dapat dihubungi pada nomor: +679 9926 6466.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri RI juga menyampaikan rasa duka cita mendalam atas badai tropis Winston yang melanda Fiji pada Sabtu, 20 Februari 2016.

"Indonesia menyampaikan belasungkawa mendalam kepada Pemerintah dan masyarakat Fiji, khususnya untuk korban dan keluarga korban badai tropis Winston yang terjadi pada hari Sabtu 20 Februari 2016," kata pernyataan dari Kemlu RI.

Badai tropis Winston tersebut mengakibatkan kerusakan parah di kepulauan Fiji dan memakan korban sedikitnya 20 orang.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi telah berbicara langsung dengan Menlu Fiji Ratu Inoke Kubuaboa untuk menyampaikan simpati serta kesiapan Indonesia untuk membantu Pemerintah dan masyarakat Fiji yang terkena dampak bencana tersebut.

Sebelumnya, Fiji telah mengumumkan keadaan bencana alam untuk masa 30 hari. Larangan keluar rumah yang diberlakukan selama badai tersebut menerjang dicabut pada Senin pagi.

Pada Senin, Fiji mulai melakukan pembersihan besar, setela salah satu badai paling kuat memporak-porandakan negara pulau di Pasifik tersebut. Badai Winston telah meratakan bangunan dengan tanah di beberapa desa terpencar dan memutus saluran komunikasi.

Lembaga bantuan memperingatkan mengenai krisis kesehatan luas, terutama di daerah dataran rendah di negeri itu, tempat ribuan dari total 900.000 warga Fiji tinggal di gubuk yang terbuat dari seng, setelah tanaman disapu badai dan pasokan air bersih terhalang.

Banyak orang masih berlindung di ratusan pusat pengungsian di seluruh negeri tersebut. Warga Fiji itu telah pergi ke tempat pengungsian sebelum badai tropis Winston menerjang pada Sabtu malam (20/2), dengan angin mencapai kecepatan 325 kilometer (200 mil) per jam.

"Banyak orang telah terkejut dan bingung mengenai apa yang harus mereka lakukan," kata Perdana Menteri Frank Bainimarama, setelah mengumumkan keadaan darurat 30-hari.

"Ini adalah saat berduka tapi ini juga adalah waktu untuk bertindak. Kita akan memperoleh kembali apa yang telah hilang," kata dia.

Setelah larangan keluar rumah selama 36 jam dicabut pada Senin pagi, militer Fiji melancarkan upaya untuk menjangkau daerah-daerah terpencil di negara dengan sebanyak 300 pulau itu. 

Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016