Dhaka (ANTARA News) - Bangladesh memperketat keamanannya menjelang rencana eksekusi enam orang milisi Islam yang kehilangan kesempatan terakhir mereka untuk memperoleh grasi, ketika permohonannya ditolak oleh presiden. Mereka akan digantung dalam tempo sebulan setelah Presiden Iajuddin Ahmed pada awal pekan ini menolak permohonan terakhir mereka, dan memerintahkan mereka untuk ke tiang gantungan. Para pejabat penjara pada Rabu mengatakan, mereka telah menuntaskan persiapan hukuman gantung itu, namun tidak menjelaskan tempat dan waktu demi alasan keamanan. "Kelambu akan segera dijatuhkan. Sekarang, hukuman ini bisa dilakukan kapan saja," kata salah seorang pejabat yang tak bersedia disebutkan jati dirinya. Enam pesakitan itu termasuk Shayek Abdur Rachman dari kelompok Jamaat-ul-Mujahideen dan Siddikul Islam Bangla Bhai dari kelompok Jagrata Muslim Janata Bangladesh. Keduanya kelompok gelap yang berjuang untuk melaksanakan hukum syariah di Bagladesh, negara demokrasi yang mayoritas penduduknya Muslim. Keenamnya dijatuhi hukuman manti oleh Pengadilan Tinggi tahun lalu, atas tuduhan sebagai dalang atau terlibat dalam serangkaian serangan bom yang menewaskan sedikitnya 30 orang dan melukai 150 orang lainnya pada tahun 2005. Korbannya termasuk para hakim, pengacara, petugas polisi dan petugas-petugas lainnya. Kementerian dalam negeri mengatakan, keamanan telah ditingkatkan di seluruh penjuru negara saat laporan-laporan intelijen mengatakan, bahwa para pengikut mereka mengecam dan akan melakukan penyerangan lagi. Bangladesh di bawah status darurat negara sejak 11 Januari, dan itu akan berlangsung sampai pemerintah sementera melakukan pemilihan umum mendatang, yang tanggalnya belum ditetapkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007