Jakarta (ANTARA News) - Rencana pembangunan kawasan industri yang terintegrasi dengan berbagai fasilitas diyakini mampu memacu pengembangan furnitur di Jepara, Jawa Tengah.

Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Perindustrian Saleh Husin saat mengunjungi lokasi rencana kawasan industri di desa Balong, Kembang, Jepara, Jawa Tengah, disela-sela menghadiri Festival Kartini IV 2016.

”Adanya rencana kawasan industri yang terintegrasi pelabuhan laut berpotensi memperkuat industri Jepara, bahkan Jawa Tengah serta nasional pada umumnya," kata Saleh melalui siaran pers diterima di Jakarta, Sabtu.

Industri furnitur yang menjadi ikon Jepara, lanjut Saleh, juga diuntungkan karena berkembang terpadu dan mendapat akses yang lebih luas untuk perdagangan ekspor nantinya.

Dalam pengembangan industri di Indonesia, industri furnitur dan kerajinan merupakan salah satu industri prioritas yang didukung oleh sumber bahan baku berupa kayu, rotan maupun bambu dan melimpahnya ketersediaan tenaga kerja.

Daya saing industri furnitur dan kerajinan Indonesia di pasar global terletak pada sumber bahan baku alami yang melimpah dan berkelanjutan serta didukung oleh keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal serta ditunjang oleh SDM yang cukup kompeten.

“Ukiran Jepara merupakan salah satu kekayaan intelektual dengan kearifan lokal yang dapat meningkatkan nilai tambah produk industri furnitur dan kerajinan kayu,” katanya.

Di lokasi ini juga direncanakan akan dibangun Pelabuhan Samudera dengan calon investor Pelindo III. Kedalaman di area dermaga yang mencapai 16 meter, diperhitungkan Menperin, dapat disinggahi kapal kelas panamax berbobot 60 ribu-100 ribu DWT (mother vessel) sehingga memudahkan pengapalan produk ke pelabuhan besar di luar negeri secara langsung.

"Infrastruktur yang tengah dipacu pemerintah, seperti rencana kawasan industri dan pelabuhan ini dapat menumbuhkan industri manufaktur kita. Juga memecah konsentrasi industri dari Jakarta dan sekitarnya," ulas Saleh.

Saleh menuturkan, perkembangan industri furnitur di Indonesia mengalami kemajuan yang signifikan beberapa tahun terakhir ini.

Nilai ekspor furnitur kayu dan rotan Indonesia pada tahun 2013 mencapai 1,8 miliar dollar AS, pada tahun 2014 meningkat menjadi 1,9 miliar dollar AS dan pada tahun 2015 meningkat lagi menjadi 2 miliar dollar AS.
Diharapkan nilai ekspor furnitur kayu dan rotan olahan dalam lima tahun ke depan akan mencapai 5 miliar dollar AS.

Komposisi ekspor furniture Indonesia dilihat dari segi bahan baku masih didominasi oleh bahan baku kayu (59,5 persen), metal (8,1 persen), rotan (7,8 persen), plastik (2,3 persen), bambu (0,5 persen) dan lain-lain (21,3 persen).

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016