Portoviejo/Pedernales, Ekuador (ANTARA News) - Mengelilingi satu kota yang hancur akibat gempa yang menewaskan 413 orang dan melukai 2.600 orang lebih, Presiden Ekuador Rafael Correa pada Senin (18/4) memikirkan pembangunan kembali yang membutuhkan biaya miliaran dolar dan potensi dampaknya pada ekonomi negara anggota OPEC yang sedang rapuh itu.

Namun para penyintas traumatis, yang bertemu dengan Correa dalam perjalanan kelilingnya dua hari setelah gempa 7,8 Skala Richter, lebih mengkhawatirkan kebutuhan segera: banyak yang meminta air kepadanya.

Dengan korban jiwa yang kemungkinan akan bertambah serta rumah-rumah yang rata dengan tanah dan jalan-jalan dan jembatan yang rusak, Correa dengan wajah muram mengingatkan bahwa bencana terbesar di Ekuador itu meletakkan beban besar di negara Andes yang miskin tersebut.

"Rekonstruksi akan berbiaya miliaran dolar," kata Correa di kota yang paling parah terdampak gempa, Portoviejo, tempat para penyintas mengerumuninya untuk meminta bantuan.

Dampak ekonominya akan sangat besar, ia menambahkan kemudian.

Pertumbuhan ekonomi berpenduduk 16 juta jiwa yang utamanya bergantung pada minyak dan ekspor itu sudah diperkirakan mendekati nol tahun ini karena merosotnya pendapatan dari minyak.

Industri energi tampaknya terhindar dari kerusakan meski kilang utama Esmeraldas ditutup sebagai tindakan pencegahan.

Kendati demikian ekspor pisang, bunga, biji cokelat dan ikan akan melambat karena jalan-jalan rusak dan penundaan di pelabuhan.

Michael Henderson dari perusahaan konsultan risiko Maplecroft mengatakan Ekuador memiliki lebih sedikit pendukung untuk pulih ketimbang Chile, tempat gempa mengakibatkan kerugian 30 miliar dolar AS tahun 2010.

"Sementara ekonomi Chile kembali tumbuh kuat dari krisis finansial..., Ekuador menurun tajam baru-baru ini karena harga minyak yang rendah menekan aktivitas," katanya.

"Namun total kerusakan aset dalam dolar mungkin agak lebih sedikit dibandingkan di Chile karena kekuatan gempanya lebih kecil dan fakta bahwa Ekuador adalah negara yang jauh lebih miskin," katanya seperti dikutip kantor berita Reuters.


Permintaan Bantuan

Sejumlah penyintas mengeluhkan minimnya listrik dan barang persediaan, dan bantuan belum menjangkau sejumlah area.

Warga Ekuador yang terguncang mengantre untuk mendapatkan makanan dan selimut, tidur di reruntuhan rumah mereka yang hancur atau berkumpul di jalanan setelah gempa paling parah sejak gempa 7,7 Skala Richter tahun 1979 yang menewaskan sedikitnya 600 orang dan melukai 20.000 orang menurut lembaga survei geologis Amerika Serikat.

Kekhawatiran akan penjarahan menyebar karena di Portoviejo orang-orang mencuri pakaian dan sepatu dari bangunan-bangunan yang rusak dan polisi berusaha mengawasi kerumunan orang.

Bekas gedung keamanan sosial diambil bingkai jendela aluminum dan kabel-kabelnya oleh orang-orang yang berharap bisa menjual kembali barang-barang itu.

"Saya harus ambil manfaat dari tragedi mengerikan ini. Saya butuh uang untuk membeli makanan. Tidak ada air, tidak ada lampu, dan rumah saya hancur," kata Jorge Espinel (40), yang bekerja dalam usaha daur ulang.

Di tempat lain, pria bersenjata merampok dua truk yang membawa air, pakaian dan kebutuhan dasar lain untuk warga pesisir Pedernales yang terdampak gempa.

Di sana, para penyintas bergelung di matras atau kursi plastik di dekat rumah mereka yang sudah rata dengan tanah.

Tentara dan polisi berpatroli di jalan-jalan yang panas sementara para penyelamat melanjutkan pencarian penyintas.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016