Washington (ANTARA News) - Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe, yang memberi pernyataan empati bagi para perempuan yang dipaksa menjadi budak seks untuk tentara Jepang, mendapat sambutan meski tanpa permintaan maaf resmi. "Ucapan Mr. Abe membesarkan hati dan saya senang dia telah mengakui rasa sakit yang tak terperikan dari para perempuan yang mengalaminya," kata anggota parlemen partai Demokrat AS, Michael Honda yang juga keturunan Jepang, kepada Reuters. "Komentar perdana menteri bersifat pribadi dan bukanlah permintaan maaf resmi Pemerintah Jepang sebagaimana diinginkan resolusi yang kami susun," kata Honda. Abe pada Minggu kembali menyatakan dukungan terhadap permintaan maaf pemerintah Jepang pada 1993 kepada para "perempuan penyaman", suatu sebutan yang eufemistis sebagaimana dikenal di Jepang. "Kami sudah menyatakan permintaan maaf sepenuh hati kepada para `perempuan penyaman` yang ketika itu mengalami penderitaan besar dan terlukai perasaannya," kata Abe dalam wawancara dengan stasiun televisi NHK. "Saya ingin mengatakan bahwa perasaan itu sama sekali tidak berubah," kata Abe, yang bulan lalu memicu rasa marah di Asia sewaktu dia dianggap mempertanyakan peran negara dalam memaksa perempuan Asia untuk bekerja di rumah bordil militer selama Perang Dunia II. Honda, dalam wawancara lewat telefon, mengatakan dirinya diberitahu oleh para pejabat DPR AS bahwa pemungutan suara untuk resolusi tidak mengikat yang dia rancang dan usulkan bulan lalu, tampaknya akan dilakukan setelah Abe berkunjung ke AS antara April atau Mei. "Saya selalu dan tetap berjanji untuk memelihara dan memperkuat persekutuan strategis AS-Jepang serta sangatmenghargai peran penting Jepang dalam memajukan stabilitas dan perdamaian internasional," kata Honda yang mendapat kritik di Jepang serta sebagian pihak di AS dalam usahanya mengajukan resolusi itu. Abe dan para pejabat Jepang lainnya telah mengemukakan Tokyo tidak akan lagi meminta maaf, meski jika parlemen AS mensahkan resolusi Honda tersebut. "Kita tidak dapat memaksa mereka untuk apapun," kata Honda lalu menambahkan dia berharap perdebatan terbuka akan memberikan hasil yang memuaskan dan tidak membahayakan hubungan kedua negara.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007