Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan membuka tender setidaknya enam blok atau wilayah kerja gas metana batubara (coal bed methane/CBM) pada April-Mei mendatang. Direktur Hulu Ditjen Migas Departemen ESDM, R Priyono, di Jakarta, Kamis, mengatakan keenam blok tersebut berada di Sumsel dan Kaltim yang memiliki cadangan batubara cukup besar. "Enam blok itu ada yang berada di wilayah pertambangan batubara, ada wilayah migas, dan juga terbuka," katanya. Menurut dia, pemerintah memberi kesempatan kepada pemilik wilayah pertambangan atau migas mengajukan penawaran terlebih dahulu. Apabila, pemilik wilayah tambang atau migas tidak berminat, maka akan dilelang secara terbuka. Menurut Priyono, sesuai Peraturan Menteri ESDM No 33 Tahun 2006 tentang Pengusahaan Gas Metana Batubara, pengusahaan CBM mengikuti aturan gas bumi bukan batubara. Sesuai aturan tersebut, maka ada tiga hal pokok pengembangan CBM. Pertama, sejak diambil dari dalam bumi sampai dijual, CBM milik negara, kedua pengembang melakukan penandatanganan kontrak dengan Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), terakhir modal dan risiko ditanggung kontraktor. Priyono juga mengatakan para investor yang berminat mengembangkan CBM telah meminta bagi hasil yang lebih baik ketimbang gas. "Kalau wilayah kerja gas `kan` bagi hasilnya 70 persen bagian pemerintah dan 30 persen perusahaan. Mereka minta lebih baik dengan alasan CBM merupakan energi alternatif," katanya. Investor yang berminat antara lain PT Pertamina (Persero), PT PGN Tbk, PT Bukit Asam Tbk, dan Shell. Menurut Priyono, seperti di Australia, masa produksi CBM bisa mencapai 1-2 tahun. CBM merupakan bahan bakar gas jenis metana yang terperangkap di dalam rongga batubara. Pola pengusahaannya adalah mengambil CBM-nya terlebih dahulu, sebelum menambang batubaranya. Saat ini, potensi CBM di Indonesia mencapai 453,3 triliun kaki kubik (TCF). Wilayah yang mempunyai prospek tinggi adalah Sumsel 183 TCF, Barito 101,6 TCF, Kutai 80,4 TCF dan Sumatera bagian tengah 52,5 TCF. Tingkat sedang adalah Tarakan 17,5 TCF, Berau 8,4 TCF, Ombilin 0,5 TCF, Pasir/Asem 3 TCF, Jawa bagian barat 0,8 TCF dan prospek rendah Sulawesi 2 TCF, dan Bengkulu 3,6 TCF. (*)

Copyright © ANTARA 2007