Jakarta (ANTARA News) - Akademisi Universitas Indonesia (UI) Prof Akhmad Syakhroza berpendapat persyaratan seorang calon presiden berpindidikan minimal sarjana adalah sangat rasional dan beralasan, sedangkan untuk mengakomodasi kepentingan sejumlah kandidat tertentu maka bisa saja dibuat aturan peralihan. Kepada pers di Jakarta, Selasa, Akhmad menjelaskan bahwa tidak ada negara maju yang indeks pendidikannya rendah termasuk pendidikan para pemimpinnya. Namun, demikian, ia juga mengakui bahwa pendidikan tinggi bagi seorang pemimpin, belum tentu pula memastikan keberhasilannya dalam memimpin. Akan tetapi, katanya lagi, probabilitas seseorang dengan pendidikan tinggi lebih besar untuk lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak berpendidikan tinggi. "Memang ada pengecualian orang-orang yang tidak sarjana mempunyai kemampuan luar biasa. Tapi itu, hanya pengecualian yang tidak bisa disamaratakan," kata Akhmad. Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa persyaratan pendidikan minimal capres itu, jangan diartikan untuk menjegal kandidat tertentu . Ia mencontohkan, apabila Megawati Soekarnoputri ataupun Gus Dur ingin mencalonkan diri lagi, bisa saja dibuat klausul khusus yang berbunyi "kecuali untuk orang-orang yang pernah berpengalaman jadi presiden". Dengan demikian, persayaratan capres harus sarjana dan juga masih terbuka peluang bagi kandidat tertentu untuk kembali berkompetisi, bisa diakomodasi semuanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007