Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia tertarik dengan pengalaman dari Mesir berunding dengan negara-negara kreditor, seperti Italia, Jerman, Swis dan Prancis sehingga berhasil melakukan "debt swap" senilai 800 juta dolar Amerika Serikat (AS). Hal itu dikemukakan Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko) Kesra, Lalu Mara Satriawangsa, di Jakarta, Selasa, berkaitan dengan kunjungan Menko Kesra, Aburizal Bakrie, ke Mesir selama dua hari pada pertengahan Maret 2007. Menurut Lalu Mara, pengalihan utang dari negara-negara kreditor tersebut dimanfaatkan Mesir untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat, investasi, dan peningkatan perdagangan. Selama di Mesir, Bakrie mengadakan pembicaraan dengan Menteri Solidaritas Sosial, Dr Eli El Maselhi, Menteri Pertanian dan Reklamasi Lahan, Dr Amin M. Abaza, Menteri Kerja Sama Internasional, Dr Fayza Abulnaga. Sementara itu, Pemerintah Mesir sangat tertarik dengan pengalaman Indonesia mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), karena Mesir masih terbebani anggaran untuk mensubsidi BBM dan pangan. Mesir ingin belajar dari Indonesia bagaimana mengalihkan subsidi BBM untuk meningkatkan pendidikan, kesehatan dan subsidi langsung tunai (SLT) bagi masyarakat miskin, ujarnya. Dalam kesempatan itu Menko Kesra mengundang para menteri tersebut untuk menghadiri konferensi mengenai flu burung di Jakarta yang akan diselenggarakan pada 26-28 Maret 2007. Mesir mengusulkan, agar dibentuk subkomite flu burung dan subkomite mikro kredit untuk Usaha Kecil Menengah (UKM). Dalam pertemuan bilateral Indonesia-Mesir yang akan diadakan pada 3-4 April 2007 di Jakarta, menurut Lalu, delegasi tamu akan dipimpin Menteri Kerjasama Internasional Mesir, Fayza. Dalam kesempatan itu, Lalu mengemukakan, Menko Kesra juga menyampaikan undangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Presiden Mesir Hosni Mubarak untuk berkunjung ke Indonesia. Bakrie berkeyakinan, banyak hal yang dapat dilakukan kedua negara dalam rangka kerjasama Selatan-Selatan, antara lain Mesir dapat memasok kebutuhan beras, fosfat dan katun ke Indonesia. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007