Hanoi (ANTARA News) - Jet tempur Vietnam buatan Rusia dinyatakan hilang setelah tidak terlacak radar saat berlatih terbang di sepanjang pesisir Laut China Selatan, sekitar kawasan utama negara tersebut, kata militer pada Selasa.

Pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK2 itu terbang di pesisir Nghe An, berdekatan dengan pulau Hainan, China saat akhirnya hilang, sehingga pelatihan terbang jet tempur serupa pun ditunda, kata Letnan Jenderal Senior Vo Van Tuan, yang menjabat wakil kepala staf angkatan bersenjata Vietnam.

"Jet tempur itu belum ditemukan dan masih dalam tahap pencarian," katanya.

Saat ditanya kemungkinan sebab hilangnya jet tempur itu, Tuan mengatakan, "Kami harus menemukannya lebih dulu, baru mengetahui sebab di balik itu."

Kejadian itu menjadi rangkaian kecelakaan melibatkan pesawat tua dalam dua tahun belakangan, khususnya saat negeri itu menyesuaikan strategi militer dan membangun pertahanannya dalam empat dasawarsa ini.

Vietnam tengah memperbaharui pertahanan negerinya demi mengantisipasi kekuatan militer China dan aksinya yang tampak mengancam di Laut China Selatan, kawasan sengketa dua negara komunis tersebut.

Pesawat pengebom SU-30 MK2 itu merupakan satu dari 30 jet tempur yang digunakan Vietnam.

Pasca-pencabutan embargo senjata tempur oleh Amerika Serikat, Vietnam menempatkan jet tempur dalam daftar belanjanya dan jumlahnya diperkirakan bertambah.

Gerakan AS tampaknya dilakukan guna menjadikan Vietnam sebagai sekutu terbarunya di Asia.

Vietnam dikabarkan telah menemui pihak barat dan produsen senjata AS demi meningkatkan pertahanan angkatan udaranya dengan rencana pembelian jet, helikopter, dan pesawat patroli laut, meski pengamat menduga Rusia akan tetap jadi pemasok utama Vietnam.

China sebelumnya mengklaim kepemilikan atas Laut China Selatan, kawasan kaya cadangan energi yang menjadi jalur kapal dagang senilai lima triliun dolar AS tiap tahunnya.

Bukan hanya China, negara lain turut mengklaim kawasan tersebut, di antaranya Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan tentunya Vietnam, demikian Reuters.

(Uu. KR-GNT)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016