Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah diminta ekspansif turun tangan melakukan operasi pasar (OP) gula untuk menekan harga gula yang sekarang mencapai sekitar Rp7.000 per kilogram. "Pemerintah perlu melakukan OP gula karena harga gula sudah jauh diatas HET (Harga Eceran Tertinggi)," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu (APEGTI) Natsir Mansur, di sela-sela penjualan 1.500 sembako murah yang dilakukan asosiasi itu, di Sawangan, Depok, Jawa Barat, Jumat. Ia mengatakan, saat ini harga gula rata-rata mencapai Rp7.000 per kilogram bahkan ada yang Rp8.000 per kilogram, sedangkan HET gula di Jawa Rp6.100 per kilogram dan luar Pulau Jawa Rp6.300 per kilogram. Natsir mengatakan asosiasinya tidak bisa melakukan sendirian OP gula karena kemampuannya sangat terbatas. "Kami hanya bisa melakukan di sejumlah daerah pada sejumlah lokasi yang memang dikasih informasi harga gulanya tinggi, termasuk di Keluruhan Sawangan ini," katanya. APEGTI, lanjut dia, serentak melakukan OP di sejumlah lokasi antara lain di propinsi Kalimantan Barat (Kalbar), Sumatera Barat (Sumbar), Lampung, Batam, Sumatera Utara (Sumut), Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah. "Saat ini harga gula sudah tinggi, mengapa pemerintah cq Mendag (Mari Elka Pangestu) tidak berpikir untuk melakukan OP," ujar Natsir mempertanyakan. Ia mengatakan kenaikan harga gula terus terjadi setiap tahunnya akibat hukum permintaan dan penawaran yang tidak seimbang. Saat ini kebutuhan gula di dalam negeri mencapai 3,8 juta ton, sedangkan kemampuan produksi gula di dalam negeri hanya sekitar 2,1 juta ton per tahun. Dengan kemampuan produksi sebesar 2,1 juta Indonesia menjadi negara produsen gula ke-16 terbesar di dunia dan menjadi konsumen gula ke-9 terbesar di dunia. "Kenaikan harga gula di dalam negeri sesungguhnya aneh di tengah harga gula internasional yang cenderung menurun," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007