Surabaya (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama meminta Pemerintah Arab Saudi menjamin keselamatan dan keamanan kepada jemaah Indonesia yang sedang beribadah di Tanah Suci usai teror bom bunuh diri di negeri itu.

"Sangat banyak jemaah asal Indonesia yang beribadah di sana, khususnya umrah, apalagi sebentar lagi musim haji. Kami harap pemerintah setempat memberikan jaminan keamanan," ujar Ketua PBNU Saifullah Yusuf kepada wartawan di Surabaya, Selasa.

Menurut dia, pengeboman di salah satu tempat suci suci Islam, Medinah, adalah perbuatan terkutuk dan tidak dibenarkan oleh aliran Islam manapun.

NU berharap keamanan dan keselamatan umat selalu menjadi nomor satu sehingga umat bisa beribadah dengan khusyuk tanpa dibebani ancaman peledakan bom.

Meski demikian, Saifullah menyatakan teror bom di Medinah tidak membuat masyarakat Islam takut, bahkan semakin mengutuk pihak yang tega melukai hati umat Islam dunia itu.

"Apalagi jemaah asal Indonesia. Saya yakin kita tidak takut dan tak akan mempengaruhi ibadah umrah maupun haji dalam waktu dekat ini," kata Wakil Gubernur Jawa Timur ini.

Kendati demikian, mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal itu mengakui bom yang meledak sehari menjelang Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah itu meresehkan masyarakat muslim dunia.

"Medinah adalah kota suci umat Islam dan insiden bom yang terjadi di sana sangat melukai. Kami sangat mengutuknya dan membuat Islam di dunia prihatin," kata mantan Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor itu.

Serangan bom bunuh diri menerjang tiga kota di Arab Saudi yakni Madinah, Qatif dan Jeddah, Senin sore waktu setempat lalu.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengutuk keras pengeboman ini yang disebutnya menodai kota suci Medinah pada bulan Ramadhan, sekaligus bentuk kemungkaran yang dimurkai Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim.

Menurut Haedar, pelaku, dalang serta kekuatan di belakangnya merupakan sosok-sosok paranoid yang menghancurkan keluhuran agama, moral dan kemanusiaan universal.


Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016