Jakarta (ANTARA News) - Kepala Polri Jenderal Pol Tito Karnavian menyatakan dua buron kasus terorisme di Poso, Santoso dan Basri, kemungkinan besar tewas tertembak pada Senin (18/7) sore.

Dari hasil gambaran wajahnya dan ciri-ciri yang lain, baik oleh anggota yang kenal dengan dia, baik beberapa orang saksi yang mengenal dia, maka dia adalah Santoso, kata Tito di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan jenazah dua korban yang pada Senin sore tewas dalam baku tembak dengan Satuan Tugas Tinombala sekarang sedang dibawa ke Palu untuk diidentifikasi.

"Dari bandara akan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara, dibersihkan lagi. Nanti di situ sudah ada keluarganya, kepala lingkungannya, ada tersangka-tersangka yang sekarang lagi ditahan saat ditangkap dalam operasi Tinombala," kata Tito.

Baca Juga : Kapuspen TNI: Kostrad baku tembak dengan kelompok Santoso

Ia menambahkan kemungkinan bahwa itu jasad Santoso sekitar 80 persen atau 90 persen.

Jenazah satu orang lainnya yang di badannya ada banyak tato, menurut dia, kemungkinan besar tersangka teroris Basri.

Basri memang memiliki banyak Tato di badannya karena dia pernah ditangkap oleh Satgas Polri pada 2007, kata dia.

"Yang satunya lagi kira-kira 70 persen adalah Basri. Mungkin 2-3 jam ke depan dibersihkan di RS Bhayangkara, kita akan mendapatkan keterangan yang lebih akurat lagi," katanya.

Selain mendatangkan saksi keluarga tersangka atau warga yang mengenal tersangka, ia menjelaskan, polisi juga akan mendatangkan aparat yang pernah memeriksa Santoso dan Basri beberapa tahun lalu untuk mengetahui identitas kedua jenazah tersebut.

Satuan Tugas Tinombala terlibat kontak tembak dengan kelompok bersenjata di Desa Tambarana, Poso, Sulawesi Tengah, Senin (18/9) sore, menewaskan dua orang anggota kelompok bersenjata.

Baca Juga : Polisi pastikan jenazah itu adalah Santoso

Tito mengatakan Santoso dan Basri benar tewas tertembak maka tidak ada lagi tokoh yang memiliki kemampuan memimpin jaringan teroris yang masih tersisa, termasuk Ali Kalora yang masih buron.

"Ali Kalora juga tidak memiliki memiliki kemampuan, kompetensi dan leadership seperti Basri dan Santoso," kata Tito.

Namun, dia mengatakan, kaderisasi bisa saja terjadi.

Dia mengatakan persenjataan kelompok itu diperkirakan makin menipis setelah satu senjata M16 disita usai kontak tembak Senin (18/7).

Baca Juga : Satgas Tinombala memburu 19 anggota kelompok Santoso

"Persenjataan enggak sebanyak sekarang. Senjata rakitan 3-4, senjata pabrikan satu lagi," ujarnya.

"Kalau memang betul ini Santoso, apapun operasi ini saya ucapkan terima kasih, apresiasi kepada rekan-rekan TNI dan Polri karena ini operasi gabungan Tinombala, dan juga dari BIN dan lain-lain," katanya

Ia mengatakan operasi Tinombala akan terus dijalankan karena masih banyak buronan yang berlum tertangkap.



Pewarta: Santoso
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016