Kita ingatkan, jangan anggap teroris seperti dulu. Dulu teroris adalah kriminal biasa, tapi karena ada kata-kata kriminal sehingga proses hukum pidana. Memang kuantitasnya tak begitu banyak namun kualitasnya sangat menghancurkan,"
Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, menegaskan, aksi teror yang dilakukan oleh kelompok teroris bukan merupakan kriminal biasa, melainkan kejahatan negara.

"Kita ingatkan, jangan anggap teroris seperti dulu. Dulu teroris adalah kriminal biasa, tapi karena ada kata-kata kriminal sehingga proses hukum pidana. Memang kuantitasnya tak begitu banyak namun kualitasnya sangat menghancurkan," kata Panglima TNI di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa.

Seperti yang terjadi di Mumbai, Paris dan terakhir Nice, Prancis. Aksi teroris juga mampu melumpuhkan kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti di Syiria. Dimana, negaranya berantakan bahkan militer Amerika dan lainnya belum bisa menuntaskannya.

"Alangkah bodohnya bangsa ini bila masih menganggap teroris adalah kriminal. Seharusnya kita berpikir teroris adalah kejahatan negara, sehingga harus diantisipasi berbagai komponen," kata Panglima TNI.

Dalam kesempatan itu, Panglima TNI mengapresiasi kinerja operasi gabungan TNI-Polri Satuan Tugas (Satgas) Tinombala dalam membekuk jaringan kelompok bersenjata radikal Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.

"Saya ucapkan apresiasi dan bangga kepada Satgas Tinombala yang terdiri dari TNI dan Polri atas kinerjanya dalam membekuk kelompok Santoso," kata Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

Kinerja Kepala Penanggung Jawa Operasi Tinombala Brigjen Pol Rudi Sufahriadi yang sehari-hari sebagai Kapolda Sulteng dan Wakil Penanggung Jawab Operasi Tinombala Brigjen TNI Ilyas Alamsyah yang sehari-hari sebagai Wakil Asisten Pengamanan (Waaspam) Kasad sangat memuaskan karena berhasil membekuk jaringan kelompok radikal hingga menewaskan pimpinan kelompok radikal di Poso, Santoso saat baku tembak di Tambaran, Poso pada Senin (18/7).

"Kami berterima kasih kepada Polisi, TNI AD, Marinir TNI AL dan TNI Angkatan Udara atas kinerjanya. TNI AU juga dilibatkan dalam operasi ini, dengan mengerahkan drone yang selalu melihat pergerakan jaringan Santoso," kata Jenderal bintang empat ini.

Menurut dia, kerja sama yang dibangun oleh TNI-Polri merupakan keterpaduan kerja bertahap dengan kesabaran. Contohnya, tim yang berhasil menewaskan Santoso dan Mukhtar ini, yakni prajurit dari Batalyon Raider 515 Kostrad berangkat sejak 13 hari yang lalu.

"Coba anda bayangkan sembilan orang berangkat membutuhkan waktu tiga hari untuk menempuh jarak sekitar 11 kilometer ke tempat persembunyian Santoso, sementara untuk sampai ke titik penyergapan membutuhkan waktu selama delapan hari. Karena mereka bergerak malam hari dan mengendap-endap ke tempat-tempat yang sudah dicurigai dengan kampung istri Santoso," jelasnya.

Ia kembali menegaskan, bahwa keberhasilan operasi bukan hanya untuk tim Batalyon Raider 515 Kostrad, melainkan semua satgas Tinombala.

"Tetapi, pas yang dapat rezeki Raider 515 Kostrad. Ini keterpaduan Tim Satgas Tinombala. Saya bangga dengan tim yang pantang menyerah meski dalam situasi sangat sulit," kata Panglima TNI.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016