Jakarta (ANTARA News) - Paduan Suara Dialita yang berisikan para perempuan bekas tahanan politik dan  keluarga tahanan politik peristiwa 1965 dan sesudahnya yang dipenjarakan oleh rezim Orde Baru merilis album "Dunia Milik Kita".

Album ini dirilis secara resmi pada Rabu, bertepatan dengan Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 dan dapat diunduh cuma-cuma melalui laman musik www.yesnowave.com.

Dalam siaran pers yang dirilis Yes No Wave Music, album ini bertujuan sebagai silent monument tragedi 1965 yakni sebuah monumen yang akan mengingatkan kita untuk senantiasa menyampaikan kepada publik tentang kebenaran sejarah masa lalu dan mencegah peristiwa serupa terjadi lantaran ketidaktahuan sejarah.

Sebagian besar lagu-lagu yang dinyanyikan Paduan Suara Dialita, berasal dari singkatan Di Atas Lima Puluh Tahun, diciptakan oleh para eks-tapol Orba baik dari balik jeruji penjara maupun setelah bebas.

Akan tetapi ada juga lagu yang diciptakan eks-tapol sebelum terkena gelombang pemenjaraan oleh rezim Orba, seperti "Di Kaki-Kaki Tangkuban Perahu", "Viva Ganefo", "Padi untuk India" dan "Asia-Afrika Bersatu".

"Di Kaki-Kaki Tangkuban Perahu" diciptakan oleh Putu Oka Sukanta (lirik) dan M. Karatem (lagu dan musik) pada 1964 dan sempat dijadikan lagu wajib Lomba Seriosa oleh RRI Pusat pada 1965 dan 1967.

Sementara "Viva Ganefo" merupakan sebuah lagu berbahasa Spanyol yang diciptakan Asmono Martodipoero menyambut penyelenggaraan pesta olahraga Games of New Emerging Forces 1963 yang digagas Soekarno sebagai sikap perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme.

Kemudian "Padi untuk India" adalah lagu ciptaan A. Alie, sosok yang rekam jejaknya tak mampu ditemukan karena pemberangusan sejarah, tentang solidaritas Indonesia sebagai negara baru yang menawarkan bantuan 700 ton beras kepada India yang tengah dilanda krisis pangan pada 1946 di bawah penjajahan Inggris.


Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016