Gunung Kidul (ANTARA News) - Nelayan di Pantai Drini, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengaku resah dengan kemunculan banyak kepeting pengkok dalam sepekan terakhir.

Salah seorang nelayan Pantai Drini, Eko Widiyanto, di Gunung Kidul, Kamis, mengatakan sejak sepekan terakhir banyak kepiting pengkok yang terperangkat di jaringnya.

"Setiap melaut nelayan mendapatkan (kepiting pengkok) 40-50 kg yang tidak mempunyai nilai ekonomis dan merusak jaring," kata Eko.

Ia mengatakan kepiting pengkok tidak laku dijual maupun dimanfaatkan karena cangkangnya keras dan dagingnya sedikit. Kepiting pengkok juga merusak jaring nelayan Pantai Drini sehingga para nelayan harus kembali memperbaiki jaring mereka usai melaut.

"Ini merupakan yang terbesar sejak beberapa tahun terakhir," jelasnya.

Eko mengatakan, nelayan setempat biasanya hanya mengubur kepiting pengkok dengan harapan tidak berkembang biak kembali di pantai selatan.

"Kalau tidak dibuang dapat kembali ke laut," katanya.

Nelayan lainnya, Sarno, menambahkan bahwa minimnya tangkapan ikan dan merebaknya kepiting pengkok di Pantai Drini menyebabkan sebagian nelayan memilih untuk tidak melaut. Kalau nekad melaut hasilnya juga sedikit.

"Kalau kami nekad hasilnya minim, apalagi saat ini tidak boleh membeli premium menggunakan jerigen. Selisih harga yang mencapai Rp300 mengakibatkan pengeluaran kami membengkak," katanya.

Selain itu, pihaknya juga mengeluhkan tidak adanya SPBU khusus nelayan di wilayah pantai selatan Gunung Kidul yang mengakibatkan para nelayan harus mencari BBM hingga ke Kecamatan Wonosari. "Paling dekat SPBU di Wonosari," terangnya.

Ia berharap pemkab bisa mengelurkan kebijakan khusus mengenai permasalahan yang saat ini dialami oleh nelayan Gunung Kidul.

Pewarta: Sutarmi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016