Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia diperkirakan menahan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo" pada Oktober ini di level lima persen, karena "berkurangnya" kebutuhan dari sisi moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Ekonom Grup Riset DBS Bank Gundy Cahyadi mengatakan risiko perlambatan belanja pemerintah di triwulan III-2016 sudah berkurang, karena adanya tambahan penerimaan negara sebesar Rp97 triliun dari tebusan amnesti pajak.

"Agaknya (saat ini) dorongan kepada BI sudah lebih rendah untuk melakukan lebih dari apa yang telah BI lakukan sepanjang tahun ini," kata Gundy, mengirimkan tanggapannya melalui pesan elektronik dikutip di Jakarta, Selasa.

BI akan melakukan Rapat Dewan Gubernur pada 19-20 Oktober 2016 esok untuk menentukan arah kebijakan moneter.

Penurunan bunga acuan oleh BI di bulan sebelumya, dinilai Gundy, karena kebutuhan dari sisi moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, kinerja fiskal sebelum program amnesti pajak tidak maksimal yang disebabkan rendahnya penerimaan negara.

Seperti diketahui, sepanjang 2016, BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebanyak lima kali sebesar 125 basis poin, dan mengganti instrumen kebijakan suku bunga dari Bank Indonesia Rate (BI Rate) yang bertenor 12 bulan, menjadi bunga transaksi surat berharga berketetapan tenor 7 hari (7-Day Reverse Repo Rate).

Gundy mengatakan tambahan penerimaan amnesti pajak telah berhasil menghapus risiko tentang defisit anggaran yang bisa melebihi ketentuan undang-undang yakni tiga persen dari Produk Domestik Bruto.

DBS memiliki kajian bahwa pemerintah perlu memiliki tambahan penerimaan Rp65 triliun untuk mengamankan defisit anggaran agar tidak melebihi tiga persen dari PDB tahun ini.

"Tapi program amnesti pajak kini telah tersedia setidaknya Rp90 triliun pendapatan tambahan tahun ini, itu lebih dari cukup untuk menutupi Rp65 triliun berdasarkan proyeksi kami," ujar dia.

Perkiraan dipertahankannya suku bunga acuan juga karena risiko naiknya inflasi pada tahun depan. Inflasi tahun ini, kata Gundy, sudah relatif aman di bawah empat persen atau sesuai proyeksi BI di 3-5 persen.

Namun, untuk 2017, diperkirakan inflasi bisa meningkat, salah satu faktornya karena kenaikan harga minyak di pasar global.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016