Bandung (ANTARA News) - Teriakan pemain saat rekan satu tim gagal menerima umpan atau kala bola tak mampu mendarat mulus di gawang lawan seakan menjadi pemandangan biasa dalam 50 menit pertandingan dua tim sepak bola cerebral palsy (CP) di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) Jawa Barat XV/2016.

Layaknya dalam pertandingan biasa, ada wasit yang memimpin jalannya pertandingan, hakim garis dan petugas di pinggir lapangan. Sementara untuk peraturan yang diberlakukan ada sedikit modifikasi.

Salah seorang wasit, Chandrawan Satria mengatakan pemain diizinkan melakukan lemparan ke dalam lewat bawah dan samping dan tak ada aturan offside sepanjang pertandingan.

"Peraturan pertandingan sama, mengadopsi dari peraturan sepak bola terbaru. Hanya ada sedikit modifikasi. Pertama, tidak ada offside, dan boleh lemparan dari samping atau bawah," ujar dia saat ditemui ANTARA News di Lapangan Sepakbola Progresif, Bandung, Rabu sore.

Selain itu,  hal paling mencolok ialah jumlah pemain dalam tim, yakni hanya lima orang. Empat di antaranya mengalami CP kategori 37 dan 38 dan 1 sisanya merupakan penyandang tuna daksa.

"Baru pertama kali di Peparnas ini untuk CP. Kalau di internasional itu tujuh orang. Waktunya juga 2X30 menit. Kalau ini hanya 2X25 menit dengan jumlah pemain lima orang. Dari jumlah pemain berbeda, jadi kasihan dari ketahanan tubuh mereka. Segi fisik juga kasihan," tutur Chandra.

Sementara hal lainnya semisal kartu kuning dan merah, larangan menunda pertandingan dan lainnya berlaku layaknya pertandingan sepakbola umumnya.  
 
Satu tim terdiri dari atas atlet klasifikasi FT7 dan 8 serta mereka yang menyandang tuna daksa (TD), yang umumnya diposisikan sebagai penjaga gawang. Bahkan, beberapa dari mereka merupakan atlet dari cabang olahraga atletik.

Kemudian para ofisial yang setia menemani atlet mulai dari satu orang manajer, satu orang pelatih, satu orang asisten pelatih serta sejumlah orang yang pendukung tim. 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016