Djakarta, 19 Desember 1961 (Antara) - Sedjak djam 06.00 pagi rakjat sudah mulai berbondong-bondong datang di alun-alun utara jang sedjak pagi harinja hudjan turun membasahi bekas ibu kota Republik Indonesia itu.

Tetapi ketika rapat akan dimulai, hudjan berhenti sebentar, tetapi kemudian ketika rapat tengah dilangsungkan hudjan djatuh lagi. Biarpun demikian rapat raksasa berdjalan terus dalam suasana penuh semangat untuk melaksanakan tri-komando rakjat jang diutjapkan oleh Presiden Sukarno.

Rakjat jang datang dari daerah jang djauh di luar Jogja, sedjak petang Senin sudah berada di kota dan oleh karena tempat penginapan sulit diadakan untuk rakjat jang demikian banjaknja itu, maka mereka berkemah sadja di tengah-tengah alun-alun.

Penumpang-penumpang kereta api jang datang dari berbagai djurusan pada pagi hari Selasa diberikan potongan harga kartjis jang sangat rendah. Ratusan bus dan truk datang dari luar kota setjara berangsur-angsur, sehingga beberapa djam sebelum rapat dimulai sudah siap berada di alun-alun utara.

Rakjat jang demikian banjaknja itu tidak dapat ditampung seluruhnja dalam alun-alun jang demikian luasnja. Oleh sebab itulah ribuan rakjat terpaksa berdjedjal-djedjal di djalan-djalan jang agak djauh dari tengah lapangan. Mereka mendengar Komando Presiden itu melalui pengeras-pengeras suara jang ditempatkan di pelbagai pendjuru.

Karangan-karangan bunga dari berbagai instansi pemerintah dan swasta, organisasi-organisasi rakjat dan perorangan memenuhi panggung tempat tamu-tamu dan pembesar-pembesar negara berada.

Tidak pernah sebelumnja demikian banjak karangan bunga jang menhias panggung dalam suatu rapat raksasa.

Di sekitar alun-alun utara tersebut atas bantuan instansi-instansi pemerintah disediakan warung-warung murah dengan harga Rp. 2,- seporsi.

Dengan demikian rakjat setelah menghadiri rapat raksasa itu dapat langsung makan-makan dengan harga jang luar biasa.

Sumber: Pusat Data dan Riset ANTARA //pdra.antaranews.com/Twitter: @perpusANTARA
 

 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016