"Nilai tukar rupiah bergerak stabil terhadap dolar AS setelah mengalami tekanan cukup dalam pada sesi pagi tadi, sentimen mulai masuknya aliran dana asing menjadi salah satu faktor yang menjaga mata uang domestik," ujar Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova di Jakarta.
Ia menambahkan bahwa potensi dana repatriasi dari program amnesti pajak yang terus bertambah juga turut menjaga stabilitas rupiah. Melalui program itu likuiditas dolar AS di dalam negeri akan tetap terjaga.
"Terjaganya likuiditas dolar AS di dalam negeri akan membuat kurs rupiah di pasar valas juga stabil," ucapnya.
Kendati demikian, lanjut dia, kekhawatiran dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang memberi sinyal untuk menaikan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali pada 2017 mendatang masih akan membayangi laju mata uang rupiah.
"Potensi pembalikan arah dana global dari negara berkembang masih terbuka jika the Fed merealisasikan kebijakannya," katanya.
Di sisi lain, ia mengatakan bahwa perekonomian Tiongkok yang masih nerada di bawah level 7 persen juga dikhawatirkan dapat mempengaruhi ekonomi nasional.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa apresiasi harga mata uang dolar AS relatif terbatas dipengaruhi sentimen dari pergerakan harga minyak mentah yang masih berada dalam tren penguatan.
"Pergerakan nilai mata uang rupiah cukup dipengaruhi oleh harga minyak mentah, karena komoditas merupakan salah satu ekspor utama Indonesia," katanya.
Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada pada 13.473 per dolar AS dibandingkan Rabu (28/12) 13.447 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016