Jakarta (ANTARA News) - Keluarga dari Ai Kusminar (52), salah seorang korban kapal KM Zahro Express yang belum ditemukan, masih menunggu kepastian perihal kabar kondisi Ai di Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I R. Said Sukanto (RS Polri) Kramat Jati, Jakarta.

Raut wajah tenang nampak dari wajah sepupu Ai, Edi Nuraidi, beserta dua anak korban, Iwan Ridwansyah dan Alfi Syahri.

Mereka berharap segera mendapat kepastian kabar keluarga mereka.

"Sepupu saya, Ai Kusminar (52), berangkat enam orang dengan suami, anaknya dua, adiknya dua, jumlah enam. Yang hilang hanya Bu Ai," ujar Edi kepada ANTARA News di Posko Ante Mortem RS Polri, Jakarta, Rabu.

Sementara Tati Datia (salah satu adik korban yang juga menumpang KM Zahro), mengaku saat kejadian sempat menarik tangan Ai di ruang penumpang. Tak lama setelah nampak percikan api di salah satu bagian kapal, dia langsung mengenakan pelampung namun tak memastikan apakah Ai mengenakannya juga atau tidak.

"Waktu sudah ada percikan api, saya langsung pakai pelampung, didorong-dorong dari belakang. Saya masih pegang tangan Bu Ai, tetapi terlepas," kata Tati dalam kesempatan yang sama.

Sementara anak dan suami korban telah terlebih dahulu keluar dari ruang penumpang. Anak bungsu korban bersama suami korban saat itu berada di bagian atas kapal, sementara korban, dua adik korban berada di ruang penumpang bersama anak sulung korban (Iwan).

Dalam kondisi ruangan penuh asap, mereka berempat berupaya menggapai pintu keluar, sembari berpegangan. Namun sayang, pegangan tangan Ai terlepas.

kalung petunjuk

Edi meyakini Ai merupakan salah satu dari 20 korban yang dibawa ke RS Polri pada Minggu (1/1), setelah melihat foto barang milik korban, yakni kalung yang dirilis polisi.

"Kemarin sore saya datang, sekitar jam 16.00 WIB, setelah ditayangkan di televisi jam 13.00 WIB. Dari foto kalung, awalnya kami ragukan liontinnya, tetapi setelah kami bawa surat-surat (soal kalung), kami yakin itu punya Bu Ai," kata Edi.

Hal ini diamini Iwan, anak sulung korban. Sekalipun mengaku masih shock dan sulit berbicara, dia bisa mengenali kalung milik ibunya itu.

Kepada tim Disaster Victims Investigation (DVI) Polri, keluarga Ai telah menyerahkan data yang diperlukan seperti foto terakhir korban, KTP, KK dan hasil pemeriksaan gigi.

"Apa yang diminta tim DVI, seperti KTP, KK, foto terakhir, hasil pemeriksaan gigi di Cikarang, ditambah surat-surat kalung. Sekarang kami menunggu kepastian setelah tim DVI melakukan rapat," pungkas Edi.

Tiga hari pasca peristiwa terbakarnya KM Zahro Express pada Minggu (1/1), polisi telah mengidentifikasi 11 dari 23 jenazah korban. Dari 23 jenazah, sebanyak 22 jenazah berada di Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I R. Said Sukanto (RS Polri) dan 10 di antaranya telah teridentifikasi lalu diserahkan pada pihak keluarganya.

KM Zahro Express terbakar setelah berlayar satu mil dari Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, menuju Pulau Tidung di Kepulauan Seribu pada Minggu (1/1) pukul 08.30 WIB.

Kapal itu mengangkut sekitar 240 penumpang. Sebanyak 194 penumpang selamat dalam kecelakaan itu, 23 lainnya meninggal dunia, dan masih ada yang belum ditemukan.

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017