Lamalera, NTT (ANTARA News) - Warga desa Lamalera di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa, memulai masa berburu ikan paus, mamalia laut yang melintasi wilayah perairan desa mereka. Musim Lefa atau musim berburu paus yang biasa berlangsung Mei hingga Oktober itu ditandai dengan misa Lefa untuk meminta berkat Tuhan secara agama Katolik. Misa yang dilaksanakan pada pagi hari itu di pantai Lamalera dipimpin Pastor Yakobus Dawan, P R, diikuti ratusan warga tua dan muda dalam busana adat. Pada misa yang digelar di alam terbuka tersebut umat berdiri, bersujud, atau bersimpuh di atas pasir dengan altar menghadap ke laut. Pastor Yakobus juga memberikan berkat pada peralatan nelayan yang biasa dipakai berburu paus juga perahu mereka. Seluruh perahu diperciki air suci dan didoakan bersama umat untuk mendapat keselamatan dan rezeki dalam musim Lefa tahun ini. Desa Lamalera dikenal sebagai desa nelayan yang warganya memburu paus jenis paus biru, sperm whale, dan jenis lainnya. Pada tahun 2006 jumlah tangkapan disebut warga sangat sedikit, yaitu tiga ekor, sedangkan awal tahun ini sudah menangkap dua ekor paus. Nelayan Lamalera menggunakan peralatan sederhana berupa perahu kayu yang disebut Pledang, bertenaga dayung, dan layar dari anyaman daun. Cara menangkap paus dilakukan dengan menggunakan tombak tradisional. Hasil tangkapan dibagi sesuai aturan adat untuk semua yang memiliki andil dalam perahu, yaitu juru tombak, pemilik prahu dan yang lainnya. Masyarakat mengkomsumsi paus dan menukarnya dengan hasil bumi seperti jagung, kapas, beras, dan lain-lain. Seorang Lamafa atau juru tikam paus bernama Ellyas Blio Beding mengatakan pada ANTARA News ia optimis tahun ini akan mendapat banyak tangkapan. Perairan laut Sawu dikenal sebagai jalur migrasi paus dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia pulang pergi, karena lautnya memiliki ke dalaman lebih 1.000 meter. Paus merupakan satwa yang dilindungi secara internasional, namun warga Lamalera tidak terkena larangan karena melakukan perburuan secara tradisional. Kendati begitu, World Wild Fund (WWF) berusaha mengajarkan konservasi dan pengelolaan kekayaan laut bagi warga setempat sebagai alternatif pencarian nafkah, misalnya melalui budidaya ikan dan wisata alam. Nelayan setempat pada tahun 1970an bisa menangkap puluhan paus antara 40 hingga 60 dalam setahun. Selain paus warga juga menangkap dan mengkonsumsi lumba-lumba, pari, ikan terbang, dan jenis lainnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007