Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI), Burhanuddin Abdullah, mengatakan bahwa pihaknya menjaga rupiah yang saat ini stabil pada kisaran 9.000 per dolar Amerika Serikat (AS), agar sektor riil tidak terganggu. "Kita akan usahakan tetap stabil dalam pengertian volatilitasnya kita jaga, kalaupun ia bergerak tentu saja dalam `volatility` yang sangat terukur," katanya di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan, penjagaan stabilitas rupiah tersebut digunakan agar tidak terjadi dampak yang merugikan dalam perekonomian. "Jangan sampai terjadi perubahan dalam tempo yang sangat dekat (nilai tukar rupiah) karena itu akan menggangu bisnis," ujar Burhanudin. Burhanudin juga menjelaskan bahwa BI tidak ada niat untuk menahan rupiah melalui `rate`. "Yang ditahan itu volatilitasnya, bukan `ratenya` kita tidak mengarah `rate` berapa," kata Burhanudin. Sementara itu untuk Surat Bank Indonesia (SBI) menurut Burhanudin mengalami kecenderungan penurunan. "Kalau dilihat dalam dua kali lelang terakhir ada penurunan, yang pertama Rp16 triliun dan yang kedua ada penurunan berapa triliun, trennya kalau tidak 'levelling off', menurun trennya," kata Burhanudin. Hal itu, menurut Burhanudin, merupakan indikasi yang baik dimana ekpansi bank di perkreditan mulai bergulir. "Ekspansi dibidang perkreditan sudah mulai terjadi, memang kecepatannya belum seperti kita inginkan, tetapi setiap perguliran diawal-awal sesuatu yang baik dan saya kira di akhir tahun akan semakin besar-semakin besar," kata Burhanudin. Burhanudin menambahkan bahwa saat ini penyaluran kredit belum optimal dimana LDR perbankan mencapai lebih dari 60 persen. Sedangkan saat ini uang perbankan yang ada di SBI menurut Burhanudin sekitar Rp170 triliun. Ia mengatakan tidak jadinya Surat Perbendahaaran Negara (SPN) yang akan digunakan untuk menggantikan SBI harus disesuaikan dengan waktunya. "Memang idenya nanti SPN digunakan untuk mengganti SBI seperti di berbagai negara," demikian Burhanudin. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007