Jakarta (ANTARA News) - Sejak berdiri pada 17 Agustus 1945, Republik Indonesia telah terbiasa menjadi tuan rumah berbagai pertemuan internasional dan regional dengan menghadirkan para kepala negara, kepala pemerintahan, delegasi dan rombongan, termasuk pers dari negara-negara sahabat dalam jumlah ratusan bahkan ribuan orang.

Namun Indonesia baru pertama kali menerima seorang kepala negara sahabat yang datang dalam jumlah sekitar 1.500 orang yang diangkut dengan tujuh pesawat berbadan lebar dan dua pesawat khusus mengangkut kargo dengan lama kunjungan terlama hingga sembilan hari, yakni dari tanggal 1 hingga 9 Maret 2017.

Ya, Indonesia menyambut kedatangan Raja Arab Saudi Sri Baginda Khadimul Haraman Al-Syarifain Salman bin Abdulaziz Al-Saud dengan persiapan yang sangat terencana dan terjadwal sedemikian rupa untuk menunjukkan keramahtamahan (hospitality) yang sempurna, tak sekadar sebagai kepala negara, tetapi juga seorang raja dari sebuah negara yang memiliki kemaslahatan bagi bangsa Indonesia.

Bagi Indonesia, sebuah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Arab Saudi tidak sekadar negara sahabat tetapi juga menjadi salah satu sumber kemaslahatan.

Arab Saudi merupakan negara di mana letak Kabah yang menjadi kiblat bagi Muslim seluruh dunia berada dan jemaah haji Indonesia merupakan jemaah yang terbanyak di dunia tiap tahun dalam menunaikan Ibadah Haji dalam Rukun Islam, belum lagi jumlah mereka yang melaksanakan umrah sepanjang tahun.

Arab Saudi juga menjadi negara yang menerima begitu banyak jumlah tenaga kerja Indonesia, baik di sektor informal seperti penata laksana rumah tangga dan sopir tetapi juga banyak di sektor formal seperti di bidang pertambangan, industri, manufaktur, dan jasa.

Begitu pula bagi Arab Saudi, rombongan dalam jumlah banyak yang diajak untuk mendampingi lawatan kenegaraan Raja Salman ini juga menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu sahabat terbaik bagi negara "petrodolar" itu.

Salah satu bukti bahwa Arab Saudi menilai Indonesia sebagai salah satu negara sahabat terbaiknya adalah saat Presiden Jokowi melawat ke Arab Saudi. Raja Salman menganugerahkan secara langsung dan menyematkan medali "Star of the Order of King Abdul Aziz Al-Saud Medal" yang merupakan penghargaan tertinggi bagi pemimpin negara sahabat Arab Saudi, di stana Al-Salam Diwan Malaki di Jeddah, Arab Saudi pada 12 September 2015.

Presiden Jokowi ketika itu juga disambut langsung oleh Raja Salman di pintu pesawat kepresidenan saat tiba di Jeddah pada 11 September 2015. Pemimpin AS, Inggris, atau Jepang, memang pernah juga mendapatkan medali tertinggi dari Raja Arab Saudi, tetapi dijemput langsung hingga pintu pesawat oleh Raja Arab Saudi menunjukkan kedekatan yang sangat baik di antara kedua negara.

Presiden Joko Widodo pun menyebut kunjungan Raja Salman kali ini merupakan kunjungan bersejarah sejak kunjungan pertama Raja Arab Saudi Faisal bin Abdulaziz pada 10 Juni 1970.

Presiden Jokowi dijadwalkan menyambut langsung Raja Salman di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, lalu mengadakan pertemuan bersama di Istana Kepresidenan di Bogor, Jawa Barat.

Cukup beralasan, Presiden Jokowi menyebut kunjungan Raja Salman ini merupakan kunjungan bersejarah, karena sejak 47 tahun lalu, baru kali ini seorang Raja Arab Saudi berkesempatan mengunjungi kembali Indonesia. Raja Salman menjadi orang kedua dari Raja Arab Saudi yang mengunjungi Indonesia.

Raja Salman yang naik takhta sejak 23 Januari 2015 merupakan raja ke-7 dari silsilah Raja Arab Saudi era modern sejak 1932. Presiden Jokowi juga merupakan Presiden ke-7 Republik Indonesia.

Raja-raja Arab Saudi sejak 1932 adalah keturunan dari keluarga Saud, yakni Raja Abdul Aziz Ibnu Saud bin Abdul Rahman yang bertakhta sejak 22 September 1932 hingga 9 November 1953, Raja Saud bin Abdul Aziz Al-Saud pada 9 November 1953 hingga digulingkan pada 2 November 1964, Raja Faisal bin Abdul Aziz Al Saud Saud pada 2 November 1964 hingga dibunuh pada 25 Maret 1975, Raja Khalid bin Abdul Aziz Al-Saud pada 25 Maret 1975 hingga 13 Juni 1982, Raja Fahd bin Abdul Aziz Al-Saud sejak 13 Juni 1982 hingga 1 Agustus 2005, Raja Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud sejak 1 Agustus 2005 hingga 23 Januari 2015, dan Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud.


Kunjungan balasan

Kunjungan kenegaraan Raja Arab Saudi ini memang merupakan kunjungan balasan dari kunjungan Jokowi pada 2015. Bila Jokowi ketika itu membawa rombongan kecil dalam jumlah puluhan orang maka Raja Arab Saudi membalas baik kunjungan Jokowi itu dengan membawa rombongan ke Indonesia dalam jumlah besar.

Tidak hanya untuk kunjungan kenegaraan tetapi juga untuk berlibur di Pulau Bali pada tanggal 4-9 Maret 2017.

Raja Salman yang lahir pada 31 Desember 1935 tampaknya benar-benar ingin menikmati kunjungannya di Indonesia kali ini sehingga sangat wajar bila Indonesia sebagai tuan rumah menyambutnya dengan keramahtamahan penuh dan agak luar biasa.

Sebagai tuan rumah yang baik, tentu saja Indonesia ingin agar tamu negaranya juga memiliki kesan yang sangat baik selama dalam masa kunjungannya kali ini.

Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan delegasi resmi Arab Saudi yang turut dalam kunjungan kenegaraan Raja Salman berjumlah sekitar 112 orang, antara lain termasuk 19 pangeran dan tujuh menteri.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir menyebutkan menteri-menteri Arab Saudi yang dibawa dalam kunjungan kenegaraan Raja Salman itu adalah menteri yang akan menandatangani 10 nota kesepahaman (memorandum of understanding/MOU) antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi.

Ke-10 MOU yang akan ditandatangani pemerintah kedua negara menyangkut kerja sama kebudayaan, kesehatan, peningkatan status mekanisme bilateral, kerja sama keislaman dan dakwah, pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi, kerja sama kelautan dan perikanan, kerja sama penanganan kejahatan lintas batas, kerja sama pelayanan udara, kerja sama usaha kecil dan menengah (UKM), dan kerja sama perdagangan.

Penandatanganan yang telah dijadwalkan dalam nota kesepahaman itu tentu saja tidak tiba-tiba ada melainkan dari proses pembicaraan sejak Presiden Jokowi berkunjung ke Arab Saudi, lalu para menteri, seperti Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi yang sempat tiga kali berkunjung ke Arab Saudi, hingga pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman di Hangzhou, China, pada 4 September 2016.

Pangeran Mohammed selain merupakan putra mahkota juga menjabat Menteri Pertahanan dan Wakil II Perdana Menteri.

Pertemuan Presiden Jokowi dengan Pangeran Mohammad bin Salman yang berlangsung di sela-sela rangkaian KTT G20 di China itu mengabarkan bahwa Pemerintah Kerajaan Arab Saudi ingin melakukan investasi ekonomi besar-besaran atau mega investasi di Indonesia.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi seusai bersama Sekretaris Kabinet Pramono Anung mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan itu mengatakan ada dua topik yang dibicarakan antara Presiden Jokowi dengan Pangeran Mohammed Bin Salman Bin Abdul Aziz Al-Saud itu, yaitu kerja sama dalam bidang ekonomi dan masalah haji.

Mengenai masalah kerja sama ekonomi, Menlu menjelaskan ada beberapa hal yang disampaikan oleh Pangeran Mohammed bin Salman. Pertama adalah bahwa Saudi Arabia ingin sekali melakukan investasi secara besar-besaran di Indonesia. Istilah yang disampaikan Pangeran Mohammed adalah "mega investment" seperti di bidang pengilangan minyak (refinery), bidang pembangunan rumah murah (low cost housing), pembangunan perumahan untuk orang-orang yang berpenghasilan rendah, dan investasi di bidang yang terkait dengan pariwisata.

Menlu bersama Seskab bahkan melanjutkan pertemuan dengan Ahmad al Khatib, Utusan Khusus Raja Arab Saudi untuk mengurus hubungan ekonomi Indonesia dengan Arab Saudi.

Mengenai masalah kuota haji, Indonesia dapat memahami bahwa untuk haji banyak sekali keterbatasan dalam hal jumlah kuota dan sebagainya. Indonesia hanya ingin menanyakan apakah memungkinkan memakai kuota yang tidak dipakai negara-negara lain itu dapat digunakan oleh Indonesia.

Alhasil pada 11 Januari 2017, Presiden Jokowi menyampaikan keterangan pers resmi bahwa Indonesia mendapatkan jatah kuota haji sebesar 221.000 orang pada 2017 dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Pemerintah Arab Saudi telah memutuskan untuk mengembalikan kuota normal haji bagi Indonesia dari 168.800 orang menjadi 211 ribu orang untuk tahun 2017 dan menambah kuota sebanyak 10 ribu orang sehingga berjumlah 221 ribu orang jemaah haji.

Sejak 2013, kuota jemaah haji Indonesia dan negara lainnya mengalami penurunan 20 persen karena perluasan fasilitas di Masjidil Haram, Mekkah.

Jokowi mengatakan kenaikan kuota haji ini tak terlepas dari upaya pemerintah dalam melobi Arab Saudi. Jokowi sudah membicarakan mengenai kenaikan kuota haji bagi Indonesia saat berkunjung ke Arab Saudi pada 2015 dan saat pembicaraan lanjutan bersama Pangeran Mohammed di China pada September 2016.

Berbagai sikap dan langkah dari pemerintah Arab Saudi dalam dua tahun terakhir ini menunjukkan bahwa hubungannya dengan Republik Indonesia semakin dekat. Oleh karena itu kunjungan Raja Arab Saudi menunjukkan momentum yang sangat penting bagi hubungan bilateral Indonesia-Arab Saudi. Wajar bila Presiden Jokowi menyebut bahwa kunjungan Raja Salman ini merupakan kunjungan bersejarah.

"Ahlan wa sahlan" Raja Salman. Ahlan wa sahlan tidak hanya bermakna selamat datang tetapi juga menandakan bahwa Indonesia menerima Raja Arab Saudi sebagai bagian dari keluarga. Tentu saja merupakan kehormatan bagi Indonesia dalam lawatan Raja Salman ini.

(B009/A011)

Oleh Budi Setiawanto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017