Jakarta (ANTARA News) - Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Kementerian Koordinator Maritim Arif Havas Oegroseno menyatakan hasil pertemuan Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia (IORA) yakni Jakarta Concord dapat memperluas pangsa pasar ekspor Indonesia.

"Ini (Jakarta Concord) akan mempermudah penetrasi (ekspor) Indonesia di negara Afrika dan Asia Selatan," kata Havas di Jakarta, Rabu.

Havas menuturkan kesepakatan Jakarta Concord akan meningkatkan profil Indonesia di kawasan Afrika sehingga memudahkan peningkatan perdagangan Indonesia.

Havas menyatakan kemampuan Indonesia pada bidang kemaritiman diakui negara di kawasan IORA yang menguntungkan untuk kepentingan perdagangan Indonesia.

Pemerintah Indonesia juga akan mengusulkan jaringan pelabuhan di kawasan Samudera Hindia yang memudahkan akses ke sejumlah pelabuhan di negara Afrika.

Jaringan pelabuhan itu dikatakan Havas akan diperkuat sistem bea cukai pada seluruh pelabuhan kawasan Samudera Hindia termasuk penentuan tarif dan nilai investasi.

Havas menambahkan kesuksesan tujuan Jakarta Concord juga akan diperkuat dengan sinergisitas antarlembaga pemerintah seperti Kementerian Perdagangan dan BKPM, serta kerjasama bilateral antarnegara.

Seperti halnya, pertemuan bilateral Presiden Joko Widodo dengan Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena sebagai tindak lanjut dari IORA.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan Indonesia dan Srilanka sepakat membahas "free trade agreement" sebagai upaya menekan harga barang bagi kedua negara.

Enggar menyebutkan produk Indonesia yang masuk ke Srilanka masih terbatas karena terkendala tarif atau bea yang tinggi.

Indonesia memasukkan produk ke Srilanka berupa tembakau untuk bahan rokok, makanan, minuman, suku cadang kendaraan dengan neraca perdagangan Indonesia terhadap Srilanka surplus mencapai 200 juta Dolar Amerika Serikat.

"Kita itu hambatannya adalah untuk tarif untuk ekspor kita yang masih cukup tinggi karena memang kita tidak ada perjanjian perdagangan di antara kita (negara IORA) misalnya untuk otomotif saja kita kena 20 hingga 40 persen tarifnya," ungkap Enggar.

(M040/A011)

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017