Bengkulu (ANTARA News) - "Early Warning System" (EWS) atau sistem peringatan dini berupa alat deteksi tsunami di Pulau Enggano belum dipasang, karena sirinenya terlalu kecil.
"Sebenarnya sudah siap, namun sirinenya terlalu kecil. Setelah kita pertimbangkan, akhirnya ditunda dulu dan kini dicarikan sirine yang lebih besar," kata Kepala Biro Pembangunan Sekretariat
Provinsi Bengkulu Winarkus di Bengkulu, Minggu.
Dengan sirine kecil, kata dia dikhawatirkan justru EWS
itu tidak terlalu berguna, karena suaranya akan tertindih gemuruh
gelombang, sehingga masyarakat tidak dapat mendengarnya.
Enggano berada di tengah Samudera Indonesia, berjarak
90 mil dari Kota Bengkulu. Pulau tersebut memiliki luas 41.000
hektare dan dihuni 2.600 jiwa.
Selain itu, ia juga mengaku saat ini sedang dikoordinasikan
dengan pihak PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), agar EWS itu
bisa langsung disambungkan ke jaringan listrik, sehingga tak
perlu lagi menggunakan genset untuk menghidupkannya.
"Rencana awal kan menggunakan genset, tapi kita menganggap
itu tak efektif karena ketika terjadi tsunami siapa yang menghidupkannya
dan kadang-kadang macet," katanya.
Mengenai penambahan sirine di sepanjang pantai, menurut
dia, tergantung permintaan dari pemerintah kabupaten/kota.
Pemerintah Provinsi Bengkulu, sebelumnya telah memesan
250 unit sirine di sepanjang pantai guna memberi peringatan bagi
masyarakat jika terjadi tsunami sehingga masyarakat bisa menyelamatkan
diri.
Sirine itu akan dipasang di pantai Kota Bengkulu sebanyak
50 unit dan di Kabupaten Kaur, Bengkulu Selatan, Seluma, Bengkulu Utara dan Muko Muko masing-masing 30 unit.
Bengkulu pernah diguncang gempa tektonik berkekuatan 7,3 Skala Richter pada 4 Juni 2000 yang menelan korban jiwa 94 orang, dan ribuan lainnya luka-luka.
Gempa tersebut juga mengporakporandakan ribuan bangunan, fasilitas umum dan rumah penduduk dengan kerugian materi mencapai Rp400 miliar.
Provinsi Bengkulu merupa
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007