Kandahar (ANTARA News) - Mullah Dadullah, komandan operasional penting Taliban di Afghanistan selatan, telah tewas dalam bentrokan dengan pasukan Barat dan Afghanistan di provinsi Helmand, kata beberapa pejabat Minggu.
Kematian Dadullah mencerminkan kemunduran terbesar komando Taliban sejak perlawanan dimulai, setelah pemerintah milisi santrinya dijatuhkan oleh pasukan yang didukung AS pada 2001.
"Ia tewas semalam dan sekarang ini saya mendapati mayatnya di hadapan saya," kata Assadullah Khalid, gubernur provinsi Kandahar yang berdekatan dengan Helmand, kepada Reuters.
Satu pernyataan kementerian dalam negeri mengatakan Dadullah tewas dalam pertempuran dengan pasukan keamanan di distrik Girishk di Helmand Sabtu malam. NATO telah mengeluarkan pernyataan yang menyatakan komandan Taliban yang ditakuti itu tewas dalam satu operasi yang dipimpin-AS.
"Mullah Dadullah Lang telah meninggalkan tempat persembunyiannya ke Afghanistan selatan tempat ia tewas dalam satu operasi koalisi pimpinan-AS yang didukung oleh ISAF," pernyataan, yang dikeluarkan oleh NATO, yang memimpin Pasukan Bantuan Keamanan Internasional, itu mengatakan.
Dadullah telah dilaporkan tertangkap atau tewas beberapa kali pada masa lalu, tampi sekarang ini pemerintah tampaknya yakin ia telah tewas.
Seorang wartawan Reuters yang pernah melihat Dadullah pada masa lalu mengenali mayat yang telah dibawa ke Kandahar itu.
Wajah berjanggut itu terperciki darah, dan ia tampaknya menderita luka kepala.
Ditempatkan di sebuah usungan, mayatnya sebagian ditutup dengan kain warga ungu. Kaki kirinya hilang.
Seorang pejabat keamanan Pakistan, yang minta tak disebutkan namanya, memberikan versi yang berbeda, dengan mengatakan Dadullah tewas Jumat malam dalam satu serangan udara. Namun seorang pejabat intelijen Afghanistan mengatakan itu tidak benar, dan Dadullah tewas karena terluka ketimbang diledakkan menjadi beberapa bagian oleh serangan bom atau rudal.
"Mayatnya utuh," kata pejabat Afghanistan itu.
Reputasi kejam
Dadullah adalah seorang anggota dari dewan kepemimpinan yang memiliki 10 anggota dan dekat dengan pemimpin dalam pelarian gerakan itu, Mullah Mohammad Omar.
"Itu merupakan kemunduran terbesar bagi Taliban sejak mereka memulai perlawanan 2001," kata Rahimullah Yusufzai, seorang wartawan dan pakar mengenai masalah suku di tanah Pashtun yang terdampar di perbatasan Pakistan-Afghanistan tempat Taliban beroperasi, yang bermarkas di Peshawar.
"Mereka dapat membalas pembunuhan itu. Mereka dapat menjadi lebih kejam. Mungkin akan ada pembalasan lagi. Namun jelas bahwa untuk sekarang ini, sedikitnya, tidak ada orang yang dapat menggantikannya," kata Yusufzai.
"Ia merupakan komandan yang mendatangkan ilham dan berani. Saya tidak melihat seorang pun dari kedudukannya dalam hirarki Taliban."
Sebagian dari serangan paling penting Taliban di Afghanistan selatan, kekejaman Dadullah membuat ia memperoleh julukan Al Zarqawi Afghanistan, menurut nama pemimpin al Qaida di Irak yang tewas tahun lalu.
Dadullah diperkirakan berada di belakang serangan pemboman bunuh diri dan serangkaian penculikan orang asing dan Afghanistan serta pemenggalan sandera atau kakitangan musuh.
"Ia termasyhur berkat serangan pemboman bunuhdiri," kata seorang pejabat senior keamanan Pakistan, yang menambahkan bahwa Dadullah merupakan pengunjung sering ke Waziristan, daerah adat Pakistan yang dianggap sebagai tempat tak aman dari dukungan pada Taliban.
Pada Desember, pasukan pimpinan-AS menewaskan seorang pejabat penting Taliban lainnya, Mullah Mohammad Akhtar Osmani, dalam satu serangan udara di bagian selatan Afghanistan setelah diberi informasi oleh Pakistan.
"Mereka sekarang telah membunuh dua komandan senior militer (Taliban). Hal itu merupakan pukulan serius pada Taliban," kata pejabat Pakistan tersebut. (*)
Copyright © ANTARA 2007