VP Market Research di FXTM, Jameel Ahmad, mengatakan bahwa adanya intervensi Bank Indonesia dalam pasar uang menjadi salah satu faktor yang mendorong rupiah terapresiasi.
"Fluktuasi nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS cukup stabil dan tidak perlu dikhawatirkan," katanya.
Ia mengatakan bahwa kurangnya rasa optimisme pasar terhadap Presiden AS Donald Trump dapat mendorong reformasi legislatif membuat pergerakan dolar AS akan cenderung tertekan.
"Ketidakpastian pasar di Amerika Serikat nantinya akan menyebabkan para penanam modal untuk kembali ke mata uang yang lebih aman," katanya.
Analis Monex Investindo Futures Putu Agus mengatakan bahwa sebagian pelaku pasar yang masih mengestimasikan kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga pada bulan Juni nanti menahan apresiasi rupiah lebih tinggi.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat probabilitas kenaikan suku bunga hampir 90 persen.
"Tingginya probabilitas itu membuat dolar AS tidak tertekan lebih dalam terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.221 dibandingkan hari sebelumnya (Selasa, 30/5) Rp13.336 per dolar AS.
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017