Yogyakarta (ANTARA News) - Sekitar 1.000 korban gempa bumi asal tiga dusun, yakni Giriloyo, Cengkehan dan Karangkulon, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan keberhasilan mereka membatik di atas kain sepanjang 2.000 meter. Salah satu peserta, Jamidah (51) yang memilih pola 'kacangan' untuk dituangkan ke kain mori, di Yogyakarta, Minggu, mengatakan aktivitas ini sudah menjadi pekerjaannya sehari-hari. Hampir seluruh ibu rumah tangga di tiga dusun tersebut menjadi buruh batik untuk Keraton Yogyakarta dan pedagang besar di daerah ini. Tetapi sejak beberapa bulan lalu, mereka mendapat pelatihan dari sebuah Lembaga swadaya Masyarakat dan mahasiswa Institut seni Indonesia (ISI) Yogyakarta untuk mengolah batik hingga menjadi barang jadi. Jamidah yang dalam profesinya selama ini hanya mendapat Rp10 ribu hingga Rp25 ribu tiap helai kain panjang yang diselesaikannya dalam beberapa hari, kini bisa menikmati hasil yang lebih baik. Karena itu, acara ini sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur karena hampir enam bulan lamanya setelah gempa, Jamidah tak lagi membatik. Batik yang dibentangkan di dua sisi jalan utama tiga dusun tersebut memiliki hampir seribu pola berbeda, karena ibu rumah tangga dan remaja puteri melukiskan batik sesuai dengan apa yang mereka inginkan tanpa terikat aturan. Usai dilukis, batik diolah sama seperti proses pembuatan kain batik umumnya. Dua kereta kayu dimanfaatkan untuk mengangkut pewarna batik yang kemudian proses pewarnaan dimulai dari pangkal ke ujung kain. Koordinator acara "Berkah Bumi Batik 2000 Meter", Moko mengemukakan kegiatan ini tidak semata-mata untuk memecahkan rekor MURI. "Bersamaan dengan setahun gempa, acara ini diharapkan dapat menandai perubahan sejarah batik Giriloyo yang dulu hanya mengenal 'batik putihan', kini berkembang menjadi produsen batik," katanya, seraya menambahkan dirinya tidak tahu persis rekor MURI sebelumnya. Dengan perubahan persepsi tersebut, diharapkan perekonomian di tiga dusun penghasil 'batik giriloyo'` itu dapat bangkit kembali. (*)

Copyright © ANTARA 2007