Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto mengatakan, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso tidak pernah bertugas di Balibo, Timor-Timur (kini Timor Leste), sehingga sama sekali tidak terkait dengan insiden terbunuhnya lima wartawan Australia di wilayah itu pada 1975.
"Pak Sutiyoso sendiri yang menelpon saya dan menyatakan, dirinya tidak pernah bertugas di Balibo. Kalaupun ke Timtim, beliau hanya bertugas di wilayah utara Timtim," ungkapnya, pada jumpa pers di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Kamis.
Panglima TNI menyatakan, sangat menyesalkan tindakan polisi Australia yang memanfaatkan kedatangan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso ke Sydney untuk menyampaikan surat panggilan sidang perkara Balibo Lima 1975 kepadanya dengan cara masuk ke kamar hotelnya di Sydney, dengan menggunakan kunci master kamar hotel itu.
"Insiden itu jelas salah tempat dan pengadilan di sana adalah pengadilan lokal yang tidak seharusnya bertindak ekspansif seperti itu kepada pejabat negara yang diundang secara resmi di Australia. Sudah barang tentu kita juga `concern' terhadap itu apalagi beliau seorang mantan TNI," tutur Djoko.
Ia menegaskan, bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) persoalan Timtim adalah bagian dari masa lalu yang menjadi pelajaran berharga agar tidak terulang.
"Bagi TNI, persoalan Timtim sudah selesai. Yang penting, sekarang adalah bagaimana kita melihat ke depan, agar menjadi lebih baik," kata Djoko.
Panglima TNI mengakui, banyak upaya yang dilakukan pihak asing seperti lembaga swadaya masyarakat internasional untuk memojokan dan menjelek-jelekan TNI, seolah-olah TNI terus mengejar orang Papua dan mengurusi pengungsi Timtim.
Tentang kemungkinan lima wartawan tewas karena terjebak baku tembak, Djoko mengatakan, hal itu tidak mungkin terjadi mengingat situasi Timtim kala itu sebagai daerah yang berkonflik.
"Kita harus pahami di daerah konflik seperti di Timtim saat itu, harus kita pahami itu daerah konflik, daerah pertempuran, peperangan. Apalagi kelima wartawan itu sempat diperingatkan oleh mantan Perdana Menteri Australia Gough Whitlam, untuk tidak pergi ke sana," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007