Semarang (ANTARA News) - Festival budaya Jateng yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang pada 30 - 31 Mei 2007 bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat mengenai arti pentingnya budaya bangsa, dan menumbuhkan minat generasi muda terhadap budayanya sendiri. Menurut Ketua Penyelenggara dan Kabid Layanan dan Usaha RRI Semarang, Arianti Retno Astuti, Kamis, kegiatan ini merupakan rangkaian dari kegiatan pergelaran kesenian rakyat, seni tari klasik tradisional, seni olah suara, pergelaran dalang anak, seminar budaya Jateng, serta tembang dolanan bocah dengan lagu wajib "Cublak-Cublak Suweng". Untuk pergelaran kesenian rakyat, RRI Semarang bekerja sama dengan Badan Koordinasi Pembangunan Lintas Kabupaten/Kota (Bakorlin) wilayah I, II, dan III. "Kerja sama dengan Bakorlin ini melibatkan grup-grup kesenian dari eks Keresidenan Pati, eks Keresidenan Semarang, eks Keresidenan Surakarta, eks Keresidenan Kedu, eks Keresidenan Pekalongan, dan eks Keresidenan Banyumas," katanya. Dalam pergelaran kesenian rakyat ini, grup kesenian dari berbagai Kabupaten itu menampilkan antara lain kesenian "Kuntulan Kuda Lari", "Lengger", "Srandul", "Aplang", "Emprak", "Turonggo Seto", dan "Rampak Calung Banyumasan". Menurut Gubernur Jateng Mardiyanto ketika membuka pergelaran ini, Rabu (30/5), selama ini pelestarian budaya Jateng sebagai identitas dan tuntunan hidup masyarakat masih belum banyak diminati oleh generasi muda. Karena itu Mardiyanto mengharapkan, kegiatan positif ini nantinya akan diadakan secara rutin tahunan dan lebih ditingkatkan kualitasnya sebagai kegiatan yang dapat menumbuhkan kesadaran akan pentingnya budaya Jateng. Dalang termuda yang ikut dalam pergelaran dalang anak adalah Anggit Laras Prabowo (7) dari Karanganyar. Pada festival dalang ini, Anggit yang baru duduk di kelas satu SD ini mengambil cerita "Anoman Duto" yang berdurasi kurang lebih 60 menit.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007