Jakarta (ANTARA News) - Menristek Kusmayanto Kadiman tidak dapat menjamin bahwa kerusakan sirene peringatan dini tsunami seperti yang terjadi di Aceh beberapa hari lalu, tidak akan terulang lagi. "Tidak berani-lah (menjamin tidak akan terulang), ini kan teknologi. Teknologi tidak pernah 100 persen jalan atau 100 persen mati juga tidak. Itulah teknologi, 100 persen `reliable`, kita bilang tidak bisa," katanya di Kantor Presiden Jakarta, Kamis, sebelum mengikuti rapat kabinet terbatas. Meski demikian, Mesristek menegaskan bahwa pemerintah akan berupaya keras agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Untuk itu, katanya, timnya tengah berada di Aceh untuk melakukan penyelidikan terhadap penyebab berbunyinya sirine peringatan dini tsunami itu. Ia mengatakan, peristiwa itu harus dijadikan pelajaran agar tidak terjadi lagi karena jika sering terjadi maka akan berbahaya sebab masyarakat jadi immun (kebal). "Kalau nanti bunyi `beneran`, orang menyangka ini kesalahan lagi. Padahal beneran, jadi tim kita mungkin besok sudah pulang dan akan menyampaikan hasilnya. Yang jelas kitaB akan terus meningkatkan kehandalan teknologi," katanya. Ia menambahkan, berbunyinya sirine tanda peringatan dini tsunami di Aceh, Selasa (5/6), merupakan "technical error" yang bisa saja disebabkan karena manusia atau alatnya. "Kalau kita bilang 100 persen alat, tidak juga karena manusia berpengaruh saat `setting` dan lain-lain. Ia menjelaskan, berbunyinya sirine di Aceh itu dipastikan bukan dari sensor-sensor, karena sistem sirine itu berdiri secara independen. Artinya, kalau ditekan (dihidupkan) baru sirinenya akan berbunyi. Mekanisme sistem alat peringatan adalah mencatat data terjadinya gempa lalu hasil pengukurannya dikirim ke Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Kemudian BMG mengolahnya dan mengambil keputusan apakah akan menghidupkan atau tidak alarmnya. "Kalau sampai ada perintah menghidupkan, maka BMG yang akan melakukan perintah menghidupkan. Tetapi yang terjadi di Aceh itu kan perintah tidak ada tetapi alarm berbunyi," katanya. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007