Malang, Jawa Timur (ANTARA News) - Direktur Utama Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Stephanus Paulus Lumintang mengatakan bahwa saat ini banyak pelaku usaha baik dari dalam negeri maupun asing mulai melirik potensi perusahaan yang bergerak pada transaksi kontrak berjangka tersebut.

Dalam diskusi Industri Perdagangan Berjangka Komoditi - Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Terhadap Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), Paulus mengatakan bahwa dengan adanya minat dari pelaku usaha asing tersebut menunjukkan bahwa perdagangan berjangka komoditi di Indonesia memiliki potensi untuk berkembang.

"Belakangan ini dapat kami informasikan bahwa Bursa Berjangka Jakarta atau Jakarta Futures Exchange banyak sekali dilirik oleh pelaku usaha asing maupun domestik," kata Paulus, di Malang, Jawa Timur, Jumat.

Menurut Paulus, pelaku usaha asing tersebut diantaranya berasal dari Uni Emirat Arab (UEA), Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan juga Australia. Potensi yang dimiliki oleh industri perdagangan berjangka komoditi terbilang besasr, khususnya terkait dengan kebutuhan pasar akan instrumen derivatif dalam rangka mitigasi risiko harga.

Paulus menambahkan, pihaknya saat ini tengah melakukan pembenahan meskipun ada perlambatan dan kelesuan ekonomi baik secara global maupun nasional.

"Kami optimis bisa menjadikan BBJ lebih baik, di kalangan negara anggota ASEAN maupun dunia," kata Paulus.

Kontrak berjangka merupakan kontrak standard dengan waktu penyerahan yang ditetapkan terlebih dahulu. Negosiasi yang dilakukan oleh pelaku usaha adalah terkait dengan harga, sementara untuk pemenuhan kontrak berjangka sesuai dengan spesifikasi dijamin oleh suatu lembaga khusus yakni Lembaga Kliring Berjangka.

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama Kliring Berjangka Indonesia Fajar Wibhiyadi mengatakan hal senada. Menurutnya, peluang untuk berkembangnya industri perdagangan berjangka komoditi masih terbuka dan sangat menjanjikan.

"Potensi sangat besar, namun pemahaman atas transaksi ini sangat minim," kata Fajar.

Kondisi saat ini, masyarakat masih kurang memahami seluk beluk risiko dan potensi investasi di industri perdagangan berjangka komoditi. Banyaknya praktek yang menjanjikan profit besar bebas risiko yang kecenderungannya merupakan investasi bodong, berdampak negatif terhadap kepercayaan publik.

Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bapebbti) Bachrul Chairi mengatakan bahwa kurangnya pemahaman publik khususnya masyarakat masih jauh dari cukup. Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya untuk menyosialisasikan dan mengedukasi terkait perdagangan berjangka komoditi tersebut.

"Paling penting adalah edukasi. Bisa dengan pola lama bersama dengan asosiasi, mereka bergerak melakukan pendekatan, terutama kepada masyarakat dan juga melalui universitas untuk memberikan penjelasan," ujar Bachrul.

(T.V003/B012)

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017