Ilmu berbudidaya sapi ini sudah saya dapatkan secara turun menurun dari orang tua dan keluarga, bahkan saya sendiri mengelolanya sekitar 23 tahun. Dengan budidaya kawin silang ini kita bisa memanfaatkan anaknya untuk dijadikan bibit unggul."
Sukabumi (ANTARA News) - Pengusaha sapi di Kota Sukabumi, Jawa Barat mengembangkan sapi berkualitas super mulai dari penggemukan hingga pembibitan yang rata-rata bobot sapi tersebut mencapai 1 ton.

"Kebutuhan daging sapi di Sukabumi memang besar, sehingga perlu adanya peningkatan kualitas sapi-sapi lokal seperti dengan cara mengawinkan sapi impor dari Kanada maupun Australia," kata pengusaha sapi Sukabumi Ichwan Hamid, Senin.

Menurutnya, untuk meningkatkan bobot dan kualitas setiap sapi harus mempunyai bibit yang juga berkualitas seperti menyilangkan sapi jenis Benggolo, Friesian Holstein, Elit Bull, Simental, Limosin, Euro, dan Brahman Cross.

Namun sapi impor tersebut tidak ia datangkan langsung dari Australia maupun Kanada, melainkan hanya spermanya saja yang dikawinkan dengan sapi betina lokal yang nantinya 90 persen anakannya ras dari luar.

Sehingga setelah mempunyai keturunan yang berkualitas, sapi tersebut selain dipotong untuk memasok permintaan juga bisa dibudidayakan di Indonesia khususnya Sukabumi.

"Ilmu berbudidaya sapi ini sudah saya dapatkan secara turun menurun dari orang tua dan keluarga, bahkan saya sendiri mengelolanya sekitar 23 tahun. Dengan budidaya kawin silang ini kita bisa memanfaatkan anaknya untuk dijadikan bibit unggul," tambahnya.

Ichwan mengatakan progam budidaya sapi yang dikembangkannya ini, juga bisa membantu progam pemerintah tentang swasembada sapi. Dan tidak menutup kemungkinan Indonesia tidak lagi impor dari berbagai negara untuk kebutuhan konsumsi rakyatnya.

Di sisi lain, kendala yang dihadapi dalam bisnis peternakan diantaranya adalah siklus yang fluktuatif seperti sekarang ini. Jika sebelumnya ia pernah menjual lebih dari 100 ekor sapi untuk keperluan Idul Adha, kini permintaan mulai menurun drastis.

Penjualan untuk konsumsi sekarang menurun, jika bulan-bulan biasa bisa menjual 20-30 ekor sapi perbulannya. Bulan ini belum ada satupun permintaan. Tapi pernah juga mengalami penjualan hingga lebih dari 100 ekor saat Idul Adha.

"Turunnya permintaan tersebut berimbas pada merosotnya harga sapi di pasaran. Jika sebelumnya harga sapi hidup perkilogramnya mencapai Rp60 ribu kini turun ke angka Rp46 ribu-47 ribu/kg.

Pewarta: Aditya A Rohman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017