Denpasar (ANTARA News) - Spiritualis dari India, Sri Sri Ravi Shankar, berpendapat bahwa pindah agama dapat dianggap sebagai tindak kejahatan. Pindah agama juga tidak tepat jika dikaitkan sebagai salah satu solusi dalam upaya meredakan ketegangan antar-umat beragama di berbagai negara, katanya di Jimbaran, Bali, Selasa. Ia mengungkapkan hal itu dalam pertemuan tokoh dunia dari lintas agama yang disponsori The Wahid Institute guna membahas upaya meredakan ketegangan antar-umat beragama di berbagai negara yang kondisinya semakin mengkhawatirkan. Pertemuan yang didukung Presiden RI periode 1999-2001, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), itu diantaranya menghadirkan Rabbi Daniel Landes, Direktur Institut Pardes di Jerusalem, Dr Alfred Balitzer dari Amerika Serikat (AS), dan Dr Yoichi Kawada, Direktur Institut Oriental Philosophy Jepang. Menurut Ravi Shankar, umat manusia seharusnya belajar dari agama-agama yang ada di dunia. Dengan begitu, maka akan memahami masalah agama dengan benar. "Bagi yang pindah agama, berarti tidak begitu mendalami agama yang dianutnya. Anda tidak bisa pindah agama dengan mempermasalahkan agama. Itu tindak kejahatan. Itulah yang dikatakan Hindu," tuturnya bernada lembut. Oleh karena itu, ia mengemukakan, semua umat dari berbagai agama, sudah seharusnya mendalami agama yang dianutnya, sehingga tidak sampai melakukan tindakan yang bisa dianggap sebagai kejahatan. Tokoh spiritual yang pernah menjadi guru anggota kelompok musik pop dunia, The Beatles, itu juga berharap bahwa semua umat mampu beradaptasi dan berkomunikasi dengan sesamanya dan dari agama lain, sehingga akan selalu tercipta keharmonisan dan dijauhkan dari kekerasan. Hal itu disampaikan menjawab pertanyaan yang disampaikan Rabbi Abraham Cooper dari Simon Wiesenthal Center, yang bergantian mencecar panelis dengan C. Holland Taylor dari LibForAll Fondation. Sementara itu, Gus Dur menanggapi pertanyaan itu menyatakan bahwa pindah agama urusan individu dengan Tuhan. "Saya tidak melihat itu penting. Anda bisa memuji Tuhan dengan cara apa pun," ucapnya. Acara itu juga menghadirkan tokoh nasional, seperti Franz Magnis Suseno, A. Syafi`i Ma`arif bersama Dr Abdul Munir Mulkhan, Ketua DPP Partai Persatuan Bangsa Indonesia Tjahadi Nugroho, Dr Sukardi Rinakit, Komandan Satgana PMI Bali Haji Agus Bambang Triyanto, KH Yusuf Chudlori, selebriti Ahmad Dhani san Once dari grup musik Dewa, hingga korban pengeboman tragdi Bali 2002. Yenni Zannuba Wahid selaku Direktur The Wahid Institute dalam pengantar pembukaan acara bertema "Berkah Untuk Semua Ciptaan-Nya, Wujud Rahmatan lil Alamin" itu mengingatkan betapa pentingnya toleransi antar-agama, bukan kekejaman dan pembunuhan dengan mengatasnamakan agama. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007