Canberra (ANTARA News) - Australia menyambut baik setiap langkah Polri dalam menumpas teror di Indonesia, termasuk upaya menangkap tersangka teroris, Abu Dujana, dan menggulung jaringannya.
"Kami belum mendapatkan kepastian (tentang telah tertangkapnya Abu Dujana-red), tapi seandainya anggapan itu benar adanya dan Indonesia meyakini hal itu, kami akan dengan hangat menyambutnya," kata Menteri Luar Negeri Alexander Downer, seperti dilaporkan ANTARA dari Canberra, Rabu.
Penangkapan Abu Dujana, tersangka teroris yang disebut media Australia sebagai tokoh senior Jemaah Islamiyah (JI), menggambarkan betapa suksesnya Indonesia dalam "memerangi terorisme", kata Downer.
"Mereka (Indonesia) telah melakukan pekerjaan sangat-sangat bagus dalam beberapa tahun terakhir ini, dan sangat wajar mereka menerima ucapan selamat penuh dari negara seperti Australia yang menjadi korban terorisme," katanya.
Mengenai apakah Australia turut terlibat dalam operasi penangkapan Abu Dujana dan anggota jaringannya, Menlu Downer mengatakan Australia tidak terlibat secara spesifik dengan apa yang dilakukan Indonesia dalam operasi penumpasan terorisme.
Namun Australia dari waktu ke waktu bekerja sama erat dengan Indonesia dalam tugas-tugas kontra terorisme.
Selasa (12/6), Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Sisno Adiwinoto, di Jakarta, membantah informasi yang menyebutkan bahwa polisi telah menangkap tersangka berbagai kasus terorisme, Abu Dujana.
Ia mengatakan kemiripan foto Abu Dujana dengan Yusron yang tertangkap Sabtu (10/6) di Banyumas bukan berarti bahwa Yusron adalah Abu Dujana.
"Yusron ya Yusron. Abu Dujana ya Abu Dujana. Keduanya berbeda," katanya.
Sebelumnya, media-media Australia, Selasa (12/6) menyebutkan, bahwa Polri telah menangkap Abu Dujana.
Ia membenarkan bahwa polisi telah mengetahui lokasi persembunyian Abu Dujana, sehingga tinggal menunggu saat yang tepat untuk menangkapnya.
Yusron ditangkap polisi di Desa Kebarongan, Kecamatan Kemrajen, Banyumas, Jawa Tengah.
Tentang latar belakang Abu Dujana, Sisno Adiwinoto menjelaskan tersangka yang kini menjadi salah satu buruan utama Polri pernah bertemu dengan pimpinan Al Qaeda, Osamah bin Laden.
Pertemuan keduanya terjadi saat mereka berada di medan perang Afghanistan, katanya.
"Kecerdasannya saat mengikuti pendidikan militer dan kemampuannya menguasai bahasa Arab dan Inggris membuatnya dekat dengan petinggi Al Qaeda dan sempat bertemu secara pribadi dengan Osamah bin Laden," katanya.
Ia mengatakan selama perang di Afghistan, kemampuan Abu Dujana untuk membunuh mulai terasah dan mulai menguasai penggunaan senjata, membuat bom dan berbagai taktik perang.
"Abu Dujana ini berangkat ke Afghanistan tahun 1989 dan masuk akademi militer Mujahiddin. Ia berperang hingga tahun 1991," katanya.
Setelah kembali ke Indonesia tahun 2002 itulah, Abu Dujana mulai terlibat dalam berbagai aksi teror di Indonesia, termasuk bom Bali I pada 12 Oktober 2002.
"Ia terus menerus terlibat dan mengambil peran dalam setiap aksi teror yang dilakukan Azahari dan Noordin M Top," katanya.
Sejauh ini, polisi telah menangkap tujuh anggota Abu Dujana di Sleman, Temanggung dan Surabaya, Februari 2007 lalu.
Indonesia merupakan salah satu negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang menjadi korban aksi terorisme sejak 2000. Dalam insiden bom Bali pertama tahun 2002, sebanyak 202 orang tewas, dan Australia kehilangan 88 orang warganya. (*)
Copyright © ANTARA 2007