Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres), M. Jusuf Kalla, mengatakan bahwa tujuan utama adanya Bank Syariah adalah bukan untuk memperbesar keutungan banknya, namun meningkatkan kesejahteraan umat melalui cara-cara yang hahal.
"Jadi, tujuannya bukan memperbanyak bank-bank syariah, tetapi adalah meningkatkan kesejahteraan umat dengan cara syariah. Jangan di balik, kita ingin memperbesar Bank Syariah dengan memberikan biaya yang tinggi," kata Wapres Kalla saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) IV Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) di Jakarta, Rabu.
Kalau hal berbiaya tinggi, tambah Wapres, maka selamanya Bank Syariah tidak akan bisa berkembang.
Sebelumnya Ketua Umum Asbisindo, Wahyu Dwiagung, mendesak Wapres guna dapat menginstruksikan bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi bank syariah.
"Tapi, kalau niatnya untuk meningkatkan ekonomi lewat cara yang halal itu, pasti rahmat Allah akan berada di pihak kita," kata Wapres.
Wapres pun menimpai, "Oleh karena itu, saya mengharapkan semua yang ada disini memiliki semangat, yang ada disini adalah semangat menyejahterakan masyarakat. Jadi syarah sistemnya, adil hasilnya. Jangan syariah prosesnya, mahal hasilnya."
Kedua syarat tersebut harus dipenuhi semua, jika salah satu syarat tidak dipenuhi maka tidak akan memberikan manfaat apalagi memberikan kesejateraan bagi masyarakat, kata Wapres.
Indonesia saat ini memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan bank syariah. Namun, tambahnya, selama soal kepercayaan tidak bisa dicapai maka akan sangat sulit bagi bank syariah berkembang.
"Kejujuran yang tinggi harus ada kalau benar-benar ingin sistim syariah," kata Wapres.
Sebenarnya, menurut Wapres, dengan sistim syariah mestinya tidak ada lagi beslah atau penyiataan aset nasabah jika mengalami kerugian, karena prinsip syariah sama-sama menanggung risiko. Namun, diakui Wapres, kadang-kadang dalam prateknya hal tersebut belum bisa tercapai
Menurut Wapres, pada prinsipnya sistem Bank Syariah hampir sama dengan Joint Venture atau kongsi dagang. Prinsip pokok Bank Syariah, kata Wapres, adalah sama-sama untung tapi juga sama-sama kalau rugi.
"Namun untuk itu, keduanya yakni antara nasabah dan Bank Syariah harus sama-sama jujur. Nah padahal sama-sama jujur ini yang kadang-kadang yang sulit," kata Wapres.
Sebenarnya, menurut Wapres, semua yang halal merupakan syariah. Namun, ia menilai, yang menjadi pertanyaan, meskipun prosesnya hahal, tapi kalau tak efisiean orang tentu tidak akan tertarik.
Ia pun mengemukakan, yang menjadi pertanyaan sekarang, kenapa perkembangan Bank Syariah perkembangannya tidak sepesat bank kovensional?.
Selama ini pangsa pasar Bank Syariah baru mencapai sekitar dua persen. Menurut Wapres selain masalah efisiensi yang belum tercapai, juga karena pemahaman masyarakat serta otoritas moneter yang begitu lama baru membolehkan adanya Bank Syariah.
"Tantangan kita bukan hanya soal cap-cap, tapi soal efisiensi," kata Wapres.
Wapres menanyakan manakah yang disebut riba, jika misalnya sebuah Bank konvensional menetapkan bunga dua atau sembilan persen sementara bank syariah menetapkan dua puluh persen.
"Jadi syariah prosesnya, adil hasilnya. Bukan syariah prosesnya, tetapi mahal harganya," demikian Wapres Kalla. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007