Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa pergerakan rupiah mendatar dengan kecenderungan menguat di tengah masih berlangsungnya kecemasan investor terhadap kebijakan kenaikan suku bunga AS yang dovish.
"Dolar AS cenderung rapuh setelah hasil notulen pertemuan The Fed yang menunjukkan beberapa pejabat mencemaskan inflasi di bawah target," katanya.
Ia menambahkan bahwa investor juga sedang menantikan pernyataan dari sesi tanya jawab nominasi ketua Fed selanjutnya Jerome Powell, diharapkan calon ketua The Fed itu memberikan beberapa petunjuk kebijakannya di masa depan.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar uang juga masih fokus terhadap rencana reformasi pajak Amerika Serikat yang belum ada kepastian. Presiden AS Donald Trump akan membahas kebijakan itu dengan Senat AS.
"Belum adanya kepastian kebijakan itu membuat laju dolar AS tertahan," katanya.
Global Head of Currency Strategy and Market Research FXTM, Jameel Ahmad menambahkan bahwa investor tertarik mencermati performa dolar AS menjelang program reformasi pajak Amerika Serikat.
"Presiden Trump sepertinya akan bertemu para senator. Apabila ada indikasi bahwa reformasi pajak mengalami penundaan, maka rupiah berpeluang kembali menguat," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (28/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.527 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.511 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017