Markas Besar PBB (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara, termasuk Indonesia, mengutuk serangan roket hari Minggu (17/6) yang menghantam kota Kiryat Shmona di wilayah Israel, tidak jauh dari dari perbatasan, tempat pasukan Kontingen Garuda dari Indonesia bertugas di Lebanon selatan. Sekjen Ban Ki-moon dalam pernyataan yang dikeluarkan di Markas Besar PBB, New York, Senin waktu setempat, menganggap serangan hari Minggu itu sebagai pelanggaran serius terhadap "Garis Biru PBB" (daerah netral yang ditentukan PBB) sejak 2006 dan merupakan upaya mengacaukan situasi di Lebanon. Dewan Keamanan seperti yang dinyatakan oleh Presiden DK-PBB untuk bulan Juni, Johan Verbeke, menegaskan bahwa serangan roket tersebut merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan penghentian permusuhan maupun terhadap Resolusi Dewan Keamanan No 1701 tahun 2006. Sekjen PBB mengatakan dirinya telah mendapat jaminan dari misi perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) dan Angkatan Bersenjata Lebanon bahwa mereka akan melakukan upaya terbaik untuk menahan para pelaku dan akan terus bekerja sama secara erat guna menghindarkan terjadinya serangan-serangan di masa mendatang. Sekjen dan Dewan Keamanan meminta semua pihak untuk menghormati Garis Biru dan mampu menahan diri. Sebelumnya menurut laporan media dari Beirut, tembakan roket tersebut ditengarai dilakukan oleh para pejuang Palestina dan menghantam Kiryat Shomna, namun tidak menimbulkan korban luka-luka. Menurut pihak keamanan Lebanon, roket ditembakkan dari Aidissyeh di Lebanon selatan, wilayah yang dimonitor oleh UNIFIl dan pasukan Lebanon. Israel kemudian dilaporkan menembakkan lima peluru meriam ke Lebanon selatan sebagai balasan dan untuk melumpuhkan para gerilyawan yang diduga menembakkan roket ke Kiryat Shomna. Kontingen Garuda Penasehat Militer pada Perwakilan Tetap RI untuk PBB-New York, Laksamana Pertama TNI I Putu Adnyana, membenarkan bahwa Kiryat Shomna relatif berdekatan dengan tempat pasukan TNI, Kontingen Garuda XXIII-A, bertugas di Lebanon selatan, tepatnya di titik UN 8-33 yang berbatasan langsung dengan menara pengawasan Isarel. "Tapi saat ini belum diketahui informasi dari pihak pasukan kita. Kami sedang menghubungi Kontingen Garuda untuk mendapatkan laporan langsung dari mereka tentang terjadinya insiden itu," kata Putu ketika dihubungi ANTARA. Pasukan Kontingen Garuda XXIII-A di Lebanon ditempatkan di Sektor Timur Garis Biru, satu sektor dengan kontingen batalyon India, Nepal, dan Spanyol. Di sektor tersebut, pasukan Indonesia tersebar di tiga titik wilayah, yaitu markas batalyon Indonesia serta tiga kompi berada di Adhsit al Qusayr, satu kompi di El Adeisse UN-963, dan satu kompi lainnya di UN 8-33 atau disebut juga Posisi PBB di Syeh Abbad Tomb. Pagar pembatas antara wilayah Lebanon dan Israel di UN 8-33 dipancang tepat membelah pusara Syeh Abbad, yang sama-sama diakui sebagai makam nabi warga Lebanon maupun warga Israel. Wilayah Makam Syeh Abbad merupakan salah satu dari beberapa daerah yang rawan konflik. Pasukan Indonesia sendiri pernah menghadapi insiden ditangkapnya seorang pemuda Lebanon oleh militer Israel pada awal Februari 2007 karena yang bersangkutan melintasi pagar tersebut. Pemuda yang bersangkutan akhirnya dibebaskan oleh Israel dan diserahkan kepada Markas Besar UNIFIL. Untuk mendukung UNIFIL, Indonesia melalui Konga XXIII-A mengirimkan 850 personel lapangan serta tujuh anggota staf, yang terdiri atas lima perwira dan dua bintara.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007