Pontianak (ANTARA News) - Seniman dayak, Petrus Lengkong, meninggal dunia pada usia 67 tahun pada Jumat, setelah sekitar tiga bulan menghadapi pembekakan empedu, infeksi saluran pernafasan serta pembekakan kelenjar di leher.

Dede Anisa, tim relawan Tali Kasih Solidaritas Petrus Lengkong, kondisi Petrus yang sempat membaik namun dalam dua pekan belakangan tiba-tiba menurun sebelum dia meninggal dunia.

"Entah mengapa almarhum tiba-tiba ngedrop dan langsung mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum ST Vincentius Singkawang," katanya di ruang jenazah RSU ST Vincentius Singkawang, tempat jenazah Petrus berada.

"Padahal hari ini almarhum mau kami bawa berobat ke Kuching, tapi Tuhan berkehendak lain...," katanya.

Ayah dari lima anak dan kakek dari lima cucu itu menghembuskan nafas terakhir pada Jumat sekitar pukul 05.00 WIB.

Anak pertama Petrus Lengkong Beni Projasa menuturkan bapaknya sempat tersenyum saat akan dibawa ke Rumah Sakit Kuching. "Kita sudah ngomong ke bapak, beliau sempat senyum, dan mengatakan mau dibawa ke Kuching," katanya.

Tim relawan Tali Kasih Solidaritas Petrus Lengkong yang terdiri atas Marsuki, Wiliam Soumokil, dan Nicodemus Na'I'm selaku Komisaris Matu'ano dan Ivan Kurniadi selaku fotografer Reborn sebelumnya menggalang dana untuk pengobatan Petrus.

"Beberapa hari ini kami telah melakukan penggalangan dana untuk pengobatan almarhum. Tapi mungkin Tuhan berkata lain, meski pun kami sayang dengan Beliau tapi Tuhan lebih sayang dari kami semua," kata Dede.

Dia menyebut Petrus sebagai budayawan yang sudah membawa budaya dayak ke kancah Internasional.

"Beliau sudah membawa nama baik Kalbar, dan kami yang tergabung dalam pecinta fotografi, penggiat budaya, sangat berterima kasih," kata Dede.

Ketua Komunitas Matu'ano Family, komunitas pecinta budaya Dayak, Marsuki, menuturkan semasa hidup Petrus merupakan inspirasi bagi kawula muda Dayak.

"Almarhum telah banyak menginspirasi pemuda-pemuda dayak yang tadinya kurang mencintai budayanya sehingga akhirnya mencintai budayanya," katanya.

Petrus merupakan pembuat baju khas dayak dari kulit kayu Kapuak. "Untuk dayak Kanayatn sampai saat ini masih memakai baju khas Dayak yang terbuat dari kulit kayu Kapuak," kata Marsuki.

Sebelum meninggal dunia, Petrus berpesan kepada anaknya untuk menjaga budaya Dayak agar lestari.

Rencananya jenazah Petrus akan dimakamkan Senin (8/1) di Pemakaman Khatolik Kabupaten Bengkayang.


Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018