Cibinong (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Kabinet Pembangunan III periode 1978-1983, Daoed Joesoef, yang meninggal pada Selasa (23/1) pukul 23.55 WIB dikenang keluarga sebagai sosok disiplin dan hobi menulis.

"Sampai kondisinya sudah perlu banyak istirahat saja, beliau masih bilang, saya ingin menulis," kata adik iparnya Dibjo Rahardjo yang temui saat prosesi pemakaman di Pemakaman Giri Tama Desa Tonjong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa.

Dibjo mengatakan kecintaan Almarhum Daoed Joesoef terhadap menulis sangat kuat, sehingga dimanapun ia berada sering menyempatkan diri untuk menulis.

Selain itu, Daeod diakui banyak memiliki hobi yang sama dengan istrinya Sri Sulastri, anaknya Sri Sulaksmi Damayanti dan dirinya sehingga kedekatan dengan keluarga terasa hangat karena kegiatan melukis bersama.

Jiwa seni lukis, dikatakan Dibjo, memang sudah melekat di antara keluarga sehingga hobi kakak iparnya itu, yang juga pendiri lembaga pemikiran Centre for Strategic and International Studies (CSIS) itu sejalan anggota keluarganya.

Namun menurutnya, sosok kakek yang tutup usia menjelang usia 93 tahun pada tahun 2018 ini juga memiliki sifat disiplin yang kuat dan selalu berusaha ditularkan kesemua orang.

Ia dikenang selalu mengingatkan semua orang untuk tidak berhenti belajar dan mencapai tujuan.

Sayangnya, lanjutnya sosok yang memiliki kiprah dalam dunia pendidikan Indonesia 40 tahun silam itu menurutnya memiliki kelainan jantung sejak lama hingga sempat terkena masalah kulit sampai akhir hayatnya.

"Saya tidak tahu, ini dalam kapasitas saya atau tidak bicara ini, tapi saya juga dokter yang sering mendampingi beliau, meskipun saya dokter bedah, saya biasa bersama dokternya juga bicara," ungkap Dibjo.

Almarhum Daoed Joesoef dimakamkan secara militer oleh pasukan Gernisun Tetap Satu Jakarta, di Pemakaman Umum Giritama, Tonjong, Kabupaten Bogor, Rabu (24/1), pukul 14:50 WIB setelah mengalami perawatan di Rumah Sakit Mediatra Jakarta karena penyakit jantung.

Pewarta: Mayolus Fajar Dwiyanto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018