Paris (ANTARA News) - Seorang pria Prancis-Aljazair yang dicurigai sebagai anggota Al Qaeda yang bertugas membantu melancarkan sejumlah serangan di Eropa diadili di Paris pada Senin waktu setempat, beberapa tahun setelah penangkapannya di Pakistan pada 2012.

Para pejabat intelijen yakin Naamen Meziche pernah memiliki hubungan dengan Al Qaeda "sel Hamburg" yang merencanakan serangan 9/11 di Amerika Serikat (AS).

Dia dicurigai pertama kali melakukan perjalanan ke Afghanistan pada awal 1990an, dilatih oleh kelompok ekstremis dan akhirnya ditugaskan ke sel pimpinan Younis al Mauritani, seorang rekan dekat Osama bin Laden yang bertugas mempersiapkan serangan-serangan Eropa.

Namun perjalanan keduanya sebagai bagian dari sebuah kelompok dari Hamburg pada Maret 2009 yang membuat dia menghadapi tindakan hukum.

Meziche (47) mengatakan kepada hakim bahwa dia menolak tuduhan tersebut, mengatakan bahwa dia pergi ke Afghanistan untuk mencari rumah potensial bagi keluarganya.

Meziche mengatakan dia dipaksa bergabung dengan Al Qaeda sebagai satu-satunya kesempatan untuk akhirnya kembali ke Jerman, tempat pria kelahiran Paris itu menghabiskan sebagian besar hidupnya.

"Saya tidak menyadari bahwa itu akan berlangsung selama berbulan-bulan," katanya sebagaimana dikutip AFP.

Namun jaksa mengatakan bahwa Meziche hadir di Masjid Al Quds di Hamburg, yang sering dikunjungi oleh tokoh-tokoh kunci dalam serangan 9/11, termasuk pembajak pesawat Mohamed Atta.

Sesaat sebelum serangan tersebut, Meziche menikahi putri pemimpin masjid Salafi, Mohammed Fizazi, yang kemudian dipenjara seumur hidup selama pengeboman bunuh diri pada 2003 di Casablanca.

Pernikahan tersebut membuka pintu bagi jajaran pemimpin Al Qaeda untuk Meziche, menurut pernyataan seorang perwira intelijen Prancis pada Senin.

Meziche ditangkap di Pakistan bersama tiga anggota ekstremis Prancis lainnya, dan kemudian dideportasi ke Prancis. Tiga orang yang bersamanya dikenai tuduhan teror dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara.(hs)

Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018