... suatu wawancara, Mohammed ingin mengembalikan Arab Saudi pada Islam moderat yang terbuka pada dunia dan toleran pada semua keyakinan...
London (ANTARA News) - Dalam jadwal yang padat, Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, bertemu pemimpin politik dan agama pada kunjungan penting hari kedua di Inggris, Kamis.

Melanjutkan hari pertama, saat ia makan siang bersama Ratu Elizabeth II dan bertemu Perdana Menteri Inggris, Theresa May, Mohammed juga bertemu anggota parlemen dan menteri saat ketua bisnis dari kedua negara bertemu di ibu kota.

Justin Welby, uskup besar dari komuni Gereja Anglikan yang berjumlah jutaan di seluruh dunia, menerima Mohammed di Istana Lambeth di pusat London, di mana kedua figur saling berbincang selama satu jam.

"Putra Mahkota membuat komitmen kuat untuk mengenalkan tradisi perbedaan yang tumbuh dengan maju, serta dialog antar keyakinan dengan kerajaan dan seterusnya," tulis pernyataan dari Istana Lambeth, dikutip dari Arabnews.com.

Ia juga mengundang uskup Gereja Anglikan untuk mengunjungi Arab Saudi, ujar dua petinggi dari Kedutaan Arab Saudi di Inggris dan Kementerian Luar Negeri Inggris.

Awal pekan ini, Mohammed bertemu Paus Koptik Tawadros Ii di gereja terbesar di Kairo dan mengundang warga Kristiani di negara itu untuk berkunjung ke Arab Saudi.

Dalam suatu wawancara, Mohammed ingin mengembalikan Arab Saudi pada Islam moderat yang terbuka pada dunia dan toleran pada semua keyakinan.

Mohammed dan uskup Gereja Anglikan menyaksikan tulisan awal dari Kristiani, Muslim, dan Yahudi, termasuk bagian Alquran yang ditemukan di perpustakaan Universitas Birmingham pada 2015, yang diperkirakan menjadi salah satu yang tertua di dunia.

"Uskup besar berbagi perhatiannya tentang tempat beribadah Kristiani yang terbatas di Arab Saudi, dan menekankan pentingnya bagi para pemimpin agama untuk mendukung kebebasan beragama atau berkeyakinan, berdasar pengalaman di Inggris," tulis satu pernyataan.

Welby juga menyerukan keprihatinannya pada situasi kemanusiaan di Yaman, di mana kelompok milisi Houthi menyerang pemerintahan resmi pada tahun 2014 yang menyebabkan konflik.

Arab Saudi memimpin koalisi guna mendukung pasukan yang loyal terhadap presiden, melawan militan dan sekutunya.

Pada Rabu malam, Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, mengatakan, Iran memainkan peran yang merusak dan berbahaya di Yaman serta mengacaukan kestabilan kawasan.

Berbicara dalam konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, ia mengatakan, sudah ada perjanjian Inggris-Saudi untuk mengendalikan pelayaran pada rencana pembukaan pelabuhan di Yaman.

Al-Jubeir mengatakan, negaranya sepakat dengan Inggris untuk menggentarkan Iran dan menghentikan dukungannya kepada kelompok teroris.

"Kami mendukung proses transisi dan dialog politik di Yaman. Perang di sana membebani kita," katanya menambahkan.

Ia menuding bahwa Houti telah menolak segala upaya untuk mencapai solusi politik di Yaman.

Al-Jubeir menegaskan, negaranya tetap melanjutkan bantuan kemanusiaan kepada Yaman usai perang.

Kemarin, Mohammed juga bertemu Menteri Keuangan Inggris, Philip Hammond, dan mendiskusikan cara-cara untuk meningkatkan kerja sama ekonomi kedua negara sebagaimana meningkatnya kemungkinan peluang dari implementasi Visi 2030 untuk menggeser ekonomi Arab Saudi dari minyak.

Ia juga berbicara dengan anggota parlemen dari semua partai dan kepala komite parlemen untuj angkatan bersenjata, hubungan luar negeri, dan intelijen.

Pewarta: Roy Bachtiar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018