Bener Meriah, Aceh (ANTARA News) - Seorang warga Aceh, Harun Alrasyid, yang sudah 18 tahun lamanya menghilang akhirnya ditemukan, meski hanya tinggal kerangka, di sebuah kebun kopi di Kampung Kenawat Redelong, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, pada Rabu (14/3).

Kerangka tersebut, dikenali sebagai Harun Alrasyid berdasarkan pengakuan istri almarhum, Jemiar, yang mengetahuinya dari sejumlah ciri-ciri yang melekat, demikian disampaikan Kapolres Bener Meriah, AKBP Fahmi Irwan Ramli kepada wartawan di Redelong, Kamis.

Kepada Fahmi, Jemiar menuturkan bahwa ciri-ciri kerangkat yang ditemukan tersebut sangat jelas menunjukan identitas suaminya, berdasarkan pakaian yang dikenakannya saat terakhir kali meninggalkan rumah pada tahun 2000 silam.

Jemiar mengaku masih sangat mengenali rincian baju warna abu-abu dan celana jeans warna biru serta celana dalam ponggol warna kuning bergaris biru seperti yang terakhir kali dipakai oleh suaminya.

Selain itu, Jemiar, juga mengaku masih sangat mengenali bentuk gigi orang terdekatnya itu.

Jemiar menjelaskan suaminya Harun Alrasyid terakhir kali meninggalkan rumah dengan ciri-ciri tersebut pada tahun 2000 silam, saat Aceh masih dilanda konfik bersenjata.

Jenazah Harun Alrasyid pertama kali ditemukan oleh seorang warga bernama, Rupita (30), saat dia sedang memetik kopi bersama beberapa orang lainnya, pada Rabu (14/3) sore.

Rupita mengatakan saat itu dia melihat tulang terbungkus baju dan celana di atas tanah. Curiga dengan temuannya itu, kemudian Rupita bersama kerabat lainnya yang sedang berada di kebun kopi itu langsung menghubungi kepala desa setempat via telepon seluler, melaporkan temuan tersebut.

Lalu kepala kampung bersama warga setempat langsung mendatangi lokasi dan setelah memastikan bahwa tulang belulang tersebut adalah kerangka manusia, warga kemudian melaporkannya ke Polsek setempat.

Setelah akhirnya dipastikan bahwa kerangka tersebut adalah jenazah Harun Alrasyid berdasarkan penuturan istrinya Jemiar yang masih mengenali ciri-ciri dari kerangka tersebut, jenazah kemudian dikebumikan secara layak di lokasi perkuburan umum desa setempat.

Pewarta: Mukhlis
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018