Lhoksukon, Aceh, (ANTARA News) - Para pedagang pengumpul jeruk nipis di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, kewalahan memenuhi permintaan pasar terhadap salah satu buah asam itu karena produksi menurun dalam sebulan terakhir.

"Masa panennya sudah berakhir maka produksi jeruk nipis berkurang. Yang kita kumpulkan akhir-akhir ini hanya buah sisa," kata Razami Sarong, pedagang pengumpul di Kecamatan Langkahan, Senin.

Pedagang pengumpul, sekaligus pemasok jeruk nipis ke sejumlah pasar di Aceh itu menyebutkan, karena produksi menurun menyebabkan harga beli jeruk nipis di kalangan petani naik dalam dua pekan terakhir dari Rp2.500 menjadi Rp4.000/Kg. Kecuali jeruk nipis super yang dibeli Rp5.000/Kg.

Saat ini, kata Razami, permintaan jeruk nipis masih stabil. Hanya saja produksi buah itu yang berkurang, menyebabkan pihaknya kewalahan mendapatkannya untuk memenuhi persediaan ke pedagang di sejumlah pasar.

"Dalam dua hari terakhir misalnya, permintaan jeruk nipis ke Pasar Lambaro dan Penayong Banda Aceh sekitar 330 Kg, tetapi yang tersedia hanya 180 Kg saja. Itupun harus bersaing harga dengan pedagang lain," katanya.

Razami menyebutkan, jeruk nipis yang dikumpulkan pihaknya berasal dari petani Buket Linteung dan Rumoh Rayeuk, Kecamatan Langkahan. Dua desa itu dikenal sebagai penghasil jeruk nipis terbesar di kecamatan tersebut.

Menurut Razami, saat ini pohon jeruk nipis di kecamatan tersebut sedang musim berbunga dan diprediksi masa panennya pada Mei 2018. Biasanya, pada bulan itu harga beli jeruk nipis juga naik.

"Biasanya panen bulan Mei harganya juga naik, bisa mencapai Rp10 ribu/Kg. Berbeda dengan panen puncak pada Desember, harganya jatuh (anjlok) bahkan jeruk nipis ini harus dikirim ke luar Aceh," kata Razami pula.

Razami Sarong, merupakan salah satu pedagang jeruk nipis di Desa Buket Linteung, Kecamatan Langkahan. Selama ini dia kerap memasok jeruk nipis ke sejumlah pasar di daerah itu, termasuk ke wilayah Banda Aceh.

Pewarta: Mukhlis
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018