Beijing (ANTARA News) - Asosiasi Sepak Bola China (CFA) memberlakukan larangan bertato bagi para pemain yang memperkuat tim nasional China, sebagai bagian untuk meningkatkan displin mereka.

Tidak hanya timnas, regulasi mengenai tato juga akan diberlakukan terhadap para pemain yang berlaga di Liga Super China (CSL) seperti laporan thepapar.cn, Senin.

Para pemain timnas China U-23 menyembunyikan tato mereka dengan pita saat bertanding melawan Suriah pada Sabtu (24/3) dan Wales pada Kamis (22/3).

Namun sayangnya, upaya mereka menutupi tato tersebut tidak mampu mengubah nasib timnas China saat harus bertekuk lutut 0-6 melawan timnas Wales U-23.

"Saya tidak suka model rambut dicat dan tato," kata pelatih timnas U-19 China, Jia Xiuquan.

"Bagi pemain yang ingin terpilih untuk pertandingan berikutnya harus menghapus tato dan warna rambut mereka. Mereka harus lebih berkonsentrasi pada pertandingan daripada pencitraan atau penampilan mereka," ujar pelatih berusia 55 tahun yang pernah menangani timnas China U-23 itu menambahkan.

Regulasi mengenai kemungkinan larangan tato tersebut memicu perdebatan hangat para penggemar sepak bola di dunia maya.

Sebagian besar warganet berpikir bahwa regulasi tersebut tidak harus berisi larangan yang mengarah pada sikap pribadi seseorang.

"Tato tidak ada kaitannya dengan kemampuan para pemain di atas lapangan, tapi tidak juga dianggap bisa memperbaiki atmosfer di tim sepak bola," kata Pemimpin Redaksi Soccer News yang berkantor pusat di Guangzhou, Liu Xiaoxin, sebagaimana dikutip Global Times.

Baca juga: Gara-gara tato, Guillermo Varela absen perkuat Frankfurt di final DFB Pokal

Tidak hanya atlet, Kepala Departemen Publikasi untuk Lembaga Pers, Publikasi, Radio, Film, dan Televisi China, Gao Changli, bahkan menyatakan bahwa para artis dan selebritis yang memiliki tato tidak diizinkan untuk tampil di televisi, demikian pernyataan yang dikutip Shanxi Evening News.

Penyanyi wanita Dou Jingtong telihat menyembunyikan tato di rahang hingga lehernya saat tampil di layar kaca pada tahun lalu.

"Sebelum pertandingan ditayangkan di televisi, saya pikir bagus juga kalau tato para pemain ditutupi," kata Gao Liao, seorang penggila bola tinggal di Beijing.

China sangat serius menggarap program sepak bola agar bisa berprestasi di panggung internasional, setelah mereka pertama kali --dan untuk terakhir kalinya-- tampil di putaran final Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang, namun kembali gagal untuk merebut tiket putaran final edisi 2018 di Rusia.

Bahkan, pada tahun ini pemerintah China mendirikan ratusan sekolah sepak bola baru yang diharapkan bisa melahirkan bibit-bibit pesepak bola.

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018