Jakarta (ANTARA News) - Balai penelitian dan pengembangan (litbang) industri di lingkungan Kementerian Perindustrian selama ini mengambil peran dalam upaya mendongkrak daya saing Indonesia. 

Pasalnya, inovasi teknologi yang diciptakan oleh balai litbang Kemenperin, bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing produk yang dihasilkan industri manufaktur nasional.

“Industri merupakan sektor penggerak utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Melalui multiplier effect-nya, industri manufaktur mampu meningkatkan terhadap nilai tambah sumber daya alam di dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan devisa negara dari ekspor,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara di Jakarta, Rabu.

Berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF) terkait Global Competitiveness Index 2017-2018, daya saing Indonesia secara global tahun ini berada pada posisi ke-36 dari 137 negara atau naik lima peringkat dibandingkan tahun sebelumnya yang menduduki posisi ke-41. 

Sedangkan, pada 2013 posisi ke-38 dari 148 negara, tahun 2014 posisi ke-34 dari 144 negara, dan tahun 2015 posisi ke-37 dari 140 negara.

Hasil publikasi tahun ini juga menyebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-31 dalam inovasi dan ke-32 untuk kecanggihan bisnis. Bahkan, Indonesia dinilai sebagai salah satu inovator teratas di antara negara berkembang, bersama dengan China dan India. 

“Di dalam rantai nilai global, nilai tambah terbesar produk industri dihasilkan pada proses litbang dan purnajual. Selain itu diikuti proses branding, pemasaran, desain, dan distribusi,” jelas Ngakan.

Guna menghasilkan inovasi yang sesuai kebutuhan di dunia industri saat ini, balai litbang Kemenperin terus berupaya menggandeng sektor swasta untuk ikut berkontribusi dalam kegiatan riset atau alih teknologi yang mendukung kemajuan sektor manufaktur nasional. 

Hingga saat ini, jumlah unit balai litbang di Kemenperin mencapai 11 Balai Besar dan 11 Balai Riset Standardisasi (Baristand) Industri. 

“Dari Balai Besar dan Baristand Industri di bawah unit BPPI tersebut, telah menghasilkan 98 paten,” imbuhnya.

Dari keseluruhan hasil litbang tersebut, baik yang sudah maupun belum dipatenkan telah diterapkan oleh industri skala besar maupun indutri kecil dan menengah (IKM).

Di antaranya kertas kemas untuk proteksi korosi atmosferik pada produk logam dan baja, peredam suara dari limbah tekstil, dan sistem automasi instrument pada pabrik pembuatan tapioka, 

Kemudian, pembuatan Insulated Rail Joint (IRJ) dari bahan komposit dengan tulangan baja sebagai substitusi Impor, produk Tracklink Tank Scorpion (bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan), Pembuatan Mesin ATBM Dobby Elektrik, dan pembuatan reaktor elektrokatalitik sebagai unit pereduksi polutan warna terlarut pada air limbah industri tekstil.

Ngakan juga menyebutkan, heberapa hasil litbang lainnya, yaitu pengembangan mikroba spesifik untuk pengolahan limbah cair industri oleh Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) Semarang.

Kemudian, perekayasaan pembangkit listrik tenaga matahari oleh Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung, serta penelitian dan pengembangan Computer numerical control (CNC) dan 3D Printer untuk industri kecil dan menengah oleh Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) Bandung.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018