Jakarta (ANTARA News) - Federasi Serikat Guru Indonesia menemukan kondisi di mana soal matematika dalam Ujian Nasional Berbasis Komputer menjadi soal yang banyak dikeluhkan siswa karena terlalu sulit dan tidak sesuai dengan kisi-kisi.

Temuan FSGI itu merupakan hasil penelitian pada hari kedua sampai keempat UNBK SMA baik di Jakarta maupun daerah lainnya, kata Slamet Maryanto guru Matematika yang juga pengurus FSGI di Jakarta, Kamis.

"Keluhan dan laporan atas sulitnya soal Matematika ini juga disampaikan oleh siswa di laman komentar akun resmi Kemdikbud di media sosial Instagram dan telah tersebar di Twitter dan Facebook," ucapnya.

Keluhan soal Matematika terutama Matematika IPS tersebut terkait dengan jumlah dan cakupan materi tidak sesuai kisi-kisi, tidak sesuai dengan cakupan materi di simulasi UN dan uji coba UN, dan tidak sesuai kaidah penyusunan soal yang baik.

Soal Trigonometri banyak keluar enam soal padahal di kisi-kisi hanya dua soal. Selain itu, soal isian singkat banyak soal yang tidak sama, ada yang empat ada yang lima ada yang tiga,? kata Slamet.

Andi Ainul siswa Kelas XII IPS di salah satu sekolah di Jakarta, membenarkan hal itu.

Contoh soal yang belum dipelajari; Cotangen, matriks pecahan. Juga ada soal yang salah jawabannya. Soalnya juga kurang kalimat penjelasannya, jadi bingung harus diapakan.

"Kami sangat kecewa dengan soal ini. Kami saja yang di Jakarta susah mengerjakannya, apalagi teman-teman di daerah. Semoga ke depan tidak terulangi kami. Kami hanya berdoa nilai UNBK kami tetap bagus," kata Andi.

Selain masalah soal Matematika, juga ada aduan kecacatan soal, seperti soal Biologi yang jawabannya tidak sesuai dengan soal, begitu juga untuk soal Kimia.

Untuk UNBK Bahasa Arab, ada beberapa siswa yg soalnya hanya keluar 41 dari 50 soal.

Menanggapi kecacatan soal ini, Wasekjen FSGI Satriwan Salim mengatakan jika pemerintan ingin UNBK di seluruh sekolah, maka pemerintah harus menyiapakan fasilitas pendukung, sarana, komputer dan lain-lain secara maksimal.

Dia pun menilai penyelenggaraan UNBK terkesan dipaksakan dan kurang melihat wilayah Indonesia yg luas dan beragam.

Ada daerah 3T (terluar, tertinggal dan terdepan) yang infrastruktur, sarana, fasilitas pendidikannya belum selengkap di kota besar.

Ini dulu yang mesti dibenahi. Kalau fasilitas dan segala macam sarana di sekolah sudah dipenuhi khususnya yang berbasis TIK, maka barulah dilaksanakan UNBK secara bertahap, kata Salim.

Salim merekomendasikan setahun ke depan pemerintah harus memprioritaskan pembenahan masalah tadi, termasuk pelatihan bagi calon proktor-teknisi agar lebih terampil. Apalagi, pekan depan para siswa SMP/MTs akan menghadapi UNBK.

Jangan sampai masalah teknis ini terus saja berulang. Soal harus benar-benar sesuai try out dan kisi-kisi yang disampaikan jauh-jauh hari sebelum UNBK, kata dia.
 

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018